Ada Grup Bisnis ‘Jor-Joran’ Utang Luar Negeri

Tuesday 26 Nov 2013, 5 : 06 pm

JAKARTA – Utang luar negeri swasta yang tidak terkontrol  bisa membahayakan kondisi perekonomian nasional.

Malah sejumlah grup bisnis besar dikhawatirkan bermasalah dengan utang luar negeri.

“Ada sejumlah grup bisnis bersar yang jor-joran terhadap utang luar negeri. Kalau grup ini collaps, bisa  menyeret perekonomian nasional,”  kata Ketua umum Kadin, Rizal Ramli di Jakarta, Selasa,(26/11).

Pendiri Econit ini menambahkan grup bisnis tidak mau belajar dari sejarah pada  kasus 1998. P

ada saat itu ada sekitar 100 grup bisnis mengalami kebangkrutan.

“Memang sekarang ini tidak segawat dulu, perusahaan besar ada yang kuat, namun masih ada yang tidak jujur,” tegasnya.

Saat ditanyakan grup bisnis mana yang masih jor-joran utang, Mantan Menko Perekonomian jaman Gus Dur ini menolak menyebutkan.

Selain tidak etis, sambung Rizal, hal bisa mengancam saham perusahaan tersebut.

“Tidak etis untuk menyebutkannya, karena saya khawatir berdampak negatif pada saham tersebut,” ucapnya.

Lebih jauh Rizal meminta Bank Indonesia berani mengambil langkah tegas dan berani memanggil grup-grup bisnis utang luar negerinya akan jatuh tempo.

“Gubernur BI harus membantu perusahaan itu agar segera melakukan restrukturisasi utangnya, sehingga sustainable. Jangan sampai collaps. Bantuan jangan berupa uang,” paparnya.

Longgarnya aturan utang luar negeri ini, lanjut Capres versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI),  menjadi penyebab utama tidak terkendalinya swasta dalam mencari pinjaman dari negara lain.

Di tengah makin merosotnya nilai tukar rupiah, utang luar negeri dalam bentuk dolar bisa membahayakan pengusaha swasta,  terutama yang bisnisnya mendapat revenue dalam denominasi rupiah.

Harus, kata Rizal lagi,  ada peraturan yang mengawasi utang luar negeri swasta.

Kalau ada pengusaha-pengusaha besar yang bermasalah, pemerintah pasti langsung turun tangan membantu.

“Padahal, tindakan tersebut bisa membahayakan perekonomian nasional. Sebaliknya, kalau yang bermasalah UKM, pemerintah seperti menutup mata dan tidak peduli,” imbuhnya.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) September 2013, Utang luar negeri Indonesia yang segera jatuh tempo mencapai US$47 miliar.

Dengan kurs tengah BI per 25/11 yang Rp11.722, jumlah itu senilai Rp552 triliun atau 18,1% dari total ULN Indonesia yang mencapai USD259,9 atau senilai Rp 3.046 triliun.

Sementara utang swasta tumbuh 11,1% year on year (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan utang publik yang ‘hanya’ naik 2,1%.

Secara umum, BI juga mencatat utang luar negeri jangka pendek naik 19,2% .

Pertumbuhan ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-Agustus 2013 yang tumbuh sebesar 17,5%.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kegagalan Tangani Ketegangan di Semenanjung Korea Akan Berdampak Luas

JAKARTA-Ketegangan di Semenanjung Korea dan Asia Timur memasuki babak baru

Laba Bersih PermataBank Naik 3%

JAKARTA-PT  Bank  Permata  Tbk  mengumumkan peningkatan  kinerja operasional di tengah