Aplikasi LinkAja Rambah Karyawan BUMN

Thursday 4 Jul 2019, 5 : 58 pm
Aplikasi LinkAja

JAKARTA-Starup fintech terus berkembang, bak jamur di musim hujan.

Aplikasi LinkAja atau sistem pembayaran uang elektronik milik BUMN, kini sudah memiliki sekitar 25 juta pengguna, hingga pertengahan 2019.

“Target kami tidak muluk-muluk, melainkan bisa menjangkau masyarakat yang telah memperoleh layanan internet,” kata chief marketing officer (CMO) LinkAja, Edward Kilian Suwignyo di Jakarta, Kamis, (4/7/2019).

Capaian 25 juta pengguna tersebut, kata Edward, tentu masih jauh dibandingkan 200 juta lebih masyarakat Indonesia yang sudah terjangkau layanan komunikasi seluler.

Karena itu LinkAja ke depan dapat terus tumbuh menjangkau para pengguna internet atau setidaknya total pengguna saat ini dapat berlipat ganda hingga akhir 2019.

“Kami tidak menargetkan jangkauan tersebut secepatnya, tapi masyarakat segera menyadari kemudahan yang kami berikan,” terangnya.

Terkait besaran transaksi yang telah diperoleh LinkAja setelah diluncurkan, pihaknya enggan untuk menjawab hal tersebut.

Menggunakan layanan LinkAja sama halnya dengan masyarakat memiliki uang dalam dompet.

Bedanya, hal ini jauh lebih mudah dan praktis.

Kalau menyimpan uang dalam dompet, kata dia, masyarakat perlu melakukan tarik tunai terlebih dahulu kemudian melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari ke berbagai lokasi.

Sementara itu, dengan menggunakan LinkAja, satu aplikasi dapat meliputi berbagai macam aspek pembayaran dan pembelian yang masyarakat perlu lakukan.

“Ini hanya masalah kebiasaan. Nanti setelah orang-orang terbiasa menggunakan layanan ini, maka itu akan menjadi sebuah perubahan kebiasaan,” ujar dia.

Apalagi, kata dia, dengan bergabungnya banyak BUMN dengan layanan LinkAja, hal itu menjadi sebuah sinergi yang sangat menarik.

Sebab, BUMN yang bergabung meliputi bidang industri yang beraneka ragam termasuk jaringan dan komunikasi.

Sinergi dengan BUMN tersebut tentunya memungkinkan LinkAja untuk memberikan berbagai macam layanan pada masyarakat sebab masing-masingnya memiliki kekuatan yang berbeda.

“Dulu jika butuh A pakai aplikasi A, butuh B pakai aplikasi B, akhirnya orang bukan lebih mudah melainkan semakin rumit,” kata dia.

Sehingga, jika seluruh kebutuhan disatukan dalam satu aplikasi tentu akan saling melengkapi dan benar-benar memberikan kemudahan kepada masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Respons Permintaan Menkeu, LPEI Andalkan Kopi Jadi Komoditas Ekspor

JAKARTA-Badan usaha Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, yakni Lembaga

Reaktivasi Sumur, Anak Usaha ENRG Siap Jual Gas ke PLN

JAKARTA-PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) melaporkan bahwa anak usahanya,