Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah Target

Monday 18 Mar 2013, 1 : 30 pm
by
JAKARTA – Bank Dunia memproyeksikan, pada 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai angka 6,2 persen atau jauh lebih rendah dari asumsi pemerintah yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 sebesar 6,8 persen.
 
Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle mengatakan, perkiraan pertumbuhan tersebut mengacu pada catatan perkembangan ekonomi domestik pada triwulan pertama tahun ini. “Ketahanan ekonomi telah menjadi kekuatan Indonesia di tengah pelemahan ekonomi dunia. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi lagi,” kata Stefan dalam acara Indonesia Economic Quarterly di Energy Tower Jakarta, Senin (18/3).
 
Dia menjelaskan, salah satu tekanan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya sedikit mengalami peningkatan di tahun ini, yakni sebesar 2,4 persen atau sedikit lebih tinggi dari 2012 yang mencapai 2,3 persen.
 
“Penurunan harga komoditas utama dan lemahnya lingkungan ekstenal membantu mendorong neraca berjalan Indonesia menjadi defisit 2,7 persen dari PDB di 2012. Serta subsidi BBM yang besarnya mencapai 2,6 persen dari PDB tahun lalu telah menambah tekanan tehadap neraca perdagangan luar negeri dan jadi beban yang signifikan pada fiskal,” ujarnya.
 
Stefan menyatakan, ada lima sumber tekanan terhadap prospek ekonomi Indonesia, di antaranya perlambatan pertumbuhan investasi, kemungkinan implikasi dari perlambatan penjualan riil dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nominal. Kemudian tren-tren pada neraca eksternal, berlanjutnya beban subsidi BBM dan melambatnya laju penurunan kemiskinan.
 
“Risiko terbesar terhadap pertumbuhan jangka pendek dapat berasal dari investasi dalam negeri, yang berkontribusi 2/5 dari pertumbuhan di 2012. Kemudian belanja investasi telah melambat, terutama pada capital intensive sector (bidang sumber daya padat modal),” paparnya.
 
Lebih lanjut Stefan menambahkan, pertumbuhan investasi tetap (fixed investment) turun ke 7,3 persen (year-on-year) pada kuartal akhir 2012 dan mengalami penurunan 12,5 persen pada kuartal kedua. Sementara itu, kata dia, impor barang-barang modal telah melemah. “Meningkatkan kepastian peraturan dan kebijakan dapat membantu iklim investasi,” ucap Stefan.
 
Di tempat yang sama, Ekonom Utama Bank Dunia dan Manager dari Sektor Pengentasan Kemiskinan dan Pengelolaan Ekonomi di Indonesia, Jim Brumby mengatakan, tanggapan kebijakan yang sesuai terhadap peningkatan tekanan dapat mencakup peningkatan investasi infrastruktur publik dan penekanan kepada daya saing perdagangan.
 
“Mengenai beberapa tekanan yang meningkat, kinerja akan membaik. Tetapi, perlu ada perbaikan beberapa area. Kami akan melihat masa depan untuk kinerja yang lebih kuat dan harus ada kesinambungan. Jadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,2 persen di 2013, naik sedikit di 2014. Namun, risiko masih tetap ke arah yang menurun,” kata Jim.
 

Sejalan dengan perkiraan Bank Dunia tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengakui bahwa target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dalam APBN 2013 sebesar 6,8 persen akan sulit tercapai. “Pertumbuhan ekonomi 6,8 persen memang berat kita capai, harus jujur diakui. Tapi Indonesia akan tetap tumbuh di atas 6 persen, di mana penolongnya adalah konsumsi dan investasi,” kata Hatta di kantornya, Jakarta, Senin (18/3).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Tinjau Pasar Mebel Bukir, Puan Dorong 3 Hal ini Demi Kemajuan Industri Mebel di Pasuruan

PASURUAN-Ketua DPR RI Puan Maharani mengunjungi sentra mebel rakyat di
Eko Putro Sandjojo

Kemendes Genjot Program Inovasi Desa

BENGKULU – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes