BI Diminta Tahan BI Rate

Thursday 11 Jul 2013, 11 : 44 am
by
BI Rate

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) diminta agar tidak menaikan suku bunga acuan atau BI rate mengingat suku bunga kredit saat ini sudah tinggi sekali.

Langkah ini sekaligus menyelamatkan dunia usaha di tengah ongkos produksi yang terus meningkat.

“Kalau BI rate naik lagi akan semakin lagi suku bunga kredit sehingga semakin membebani dunia usaha. Apalagi, suku bunga saat ini menyekik leher dunia usaha,” jelas Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF ) Enny Sri Hartati di Jakarta, Kamis (11/7).

Seperti diketahui, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RGD) BI bulanan pada Kamis (11/7) ini untuk memutuskan apakah mempertahankan atau menaikan BI rate.

Saat ini, suku bunga acuan berada di posisi 6,00 persen.

Karena itu, dia berharap agar bank sentral menahan suku bunga acuan ini.

Tetapi bank sentral harus membuat instrumen untuk pengendalian pasar keuangan.

“BI harus melakukan kordinasi dengan pemerintah agar pengusaha  confidence,” jelas dia.

Menurut dia, bank sentral harus mampu menyakinkan pelaku pasar uang bahwa inflasi tinggi bersifat jangka pendek atau bersifat temporer.

Karena inflasi ini shorted maka tidak perlu disikapi BI dengan pengetatan likuiditas yang berlebihan.

Artinya, inflasi ini tidak perlu direspon dengan kenaikan suku bunga.

“ Inflasi yang sekarang ini masih dalam level target BI,” jelas dia.

Cuman yang perlu diwaspadai kata dia penyebab inflasi dari sisi fiskal.

Sehingga jika BI melakukan pengetatan likuiditas dengan kenaikan suku bunga juga tidak akan menjadi obat bagi inflasi.

Memang kata dia, kenaikan suku bunga acuan ini  akan mengerem potensi capital outflow.

Tetapi beradasarkan trend, capital inflow ini tidak melihat jangka pendek.

“Kalau pemerintah mampu memberikan signal dalam jangka menengah panjang bahwa investasi di Indonesia masih prospektif serta insentif investasi, itu akan mengerem juga dan tidak akan membuat panik para investor. Terutama, investor di pasar uang dalam bentuk hot money,” jelas dia.

Pada Juni lalu jelas dia, sempat ada capital outflow yang sangat besar.

Tetapi saat ini sudah balik arah lagi karena sinyal kebijakan ekonomi pemerintah sudah positif.

Karena itu kata dia, responnya tidak perlu dengan pengetatan likuditas.

“Saya berharap agar suku bunga cuan ini dipertahankan. Kalaupun pada akhirnya BI menaikan BI rate, sesuatu yang bisa dipahami demi stabilitas pasar keuangan kita. Tetapi harapan kita, BI confidence dan pemerintah harus bekerjasama lebih intens lagi agar pasar semakin nyaman. Kalau bauran kebijakan BI dan pemerintah sejalan maka saya kira, BI confidence mempertahankan suku bunga acuannya,” jelas dia.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengadan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN), Nathan Palinggi meminta bank sentral agar tidak menaikan suku bunga acuan.

Pasalnya, beban usaha saat ini sangat berat sebagai dampak kenaikan harga bahan minyak (BBM).

Di samping itu, terjadi kenaikan harga tarif listrik, gas, dan lainnya.

“Beban usaha industri saat ini melonjak tajam dan semakin memberatkan,” jelas dia.

Beban semakin berat karena industri juga telah mengalami kenaikan beban kredit. Sebab, industri perbankan telah menaikkan suku bunga dasar kredit sebagai implikasi dari kenaikan BI rate.

“Kami berharap agar BI Rate ini tidak dinaikab lagi karena semakin membeni pelaku usaha,” pungkas dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BPS: Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94% pada Triwulan III 2023

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia pada triwulan III-2023

BI Pelajari Kasus Suap Diebold

JAKARTA Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengaku akan mempelajari