Bondan: Banten Harus Jadi Titik Sentral Pusaran Maritim Indonesia

Wednesday 7 Oct 2015, 8 : 17 pm
by

SERANG-Mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Bondan Gunawan menegaskan kontribusi Banten sebagai masyarakat ataupun daerah terhadap pergerakan kebangsaan di nusantara sangat besar. Karena itu, pemerintah Joko Widodo harus melihat kembali Banten sebagai titik sentral dalam pusaran maritim Indonesia. “Mengingat sejarah panjang Banten dan kontribusinya terhadap pergerakan kebangsaan di nusantara, sayalah yang mendorong Mendagri waktu itu Soerjadi Soedirjda untuk  membentuk Provinsi Banten. Selain perjuangan kebangsaan, Banten sangat kaya akan berbagai potensi ekonomi termasuk pariwisata, situs bersejarah, pelabuhan dll,” ujar Bondan dalam seminar di Universitas Tirtayasa (Untirta),  seperti disampaikan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (7/10).

Seminar yang dipandu oleh Konsultan Komunikasi Politik, AM Putut Prabantoro itu bertajuk “Revolusi Mental Menuju Banten Sejahtera dan Bermartabat” dan diadakan dalam rangka menyambut kedatangan Kapsul Waktu yang bertugas mengumpulkan mimpi masyarakat seluruh Indonesia untuk 70 tahun kedua Kemerdekaan Indonesia. Hadir pula sebagai pembicara antara lain Soleh Hidayat (Rektor Untirta), Rahmat Taufik (Ketua STIE Banten), Ito Prajna Nugroho (Dosen STF Driyarkara) dan Asep Rahmatullah (Ketua DPRD Banten).  “Jadi, mereka tidak perlu diajari untuk hidup berbangsa ataupun bermimpi masa depan bangsa,” kata Mensesneg era Presiden Abdurrahman Wahid ini.

Menurutnya, pergerakan kebangsaan nusantara diawali dengan perlawanan gigih masyarakat Banten yang melawan VOC (Belanda).  Oleh karena itu, Banten perlu mengingatkan pemerintah tentang sejarah kebangsaan yang berawal dari Banten itu. Banten jelasnya merupakan wilayah yang mengawali  perlawanan melawan VOC yang  mengamankan sistem monopoli perdagangannya yang terkenal dengan sebutan pelayaran Hongi yakni menggunakan kekuatan laut. Karena itu, Banten harus menjadi titik sentral dalam pusaran maritim Indonesia. “China baru membangun dirinya 30 tahun namun ia bisa menjadi raksasa ekonomi dunia. Kita tidak perlu bermimpi 70 tahun ke depan tetapi berpikir 100 tahun kemerdekaan Indonesia, Banten akan menjadi apa. Sudah 70 tahun merdeka saja masyarakat masih bingung mencari air pada musim kemarau, padahal ini merupakan hal yang mudah diatasi,” ujarnya.

Sementara itu, Ito Prajna Nugraha menegaskan G70 merupakan bagian dari Revolusi Mental maka yang harus dilakukan oleh pemerintah guna merevitalisasi nilai Pancasila.

Revolusi mental, ujar Ito yang juga dosen Universitas Pertahanan, adalah cara Indonesia melihat negaranya dengan cara pandang baru. Pada jaman Orde Baru, Pancasila hanya dilihat sebagai nilai untuk mengukur moral individu sehingga pada akhirnya Pancasila ditinggalkan. Seharusnya, Pancasila menjadi karakter negara yang jika ditinggalkan akan menimbulkan kekacauan. “P4 hanya mengurusi moral individu di negara Indonesia sehingga Pancasila belum menjadi karakter negara. Kalau menjadi karakter negara, Pancasila akan menjadi nilai luhur yang mengikat para pejabatnya. Dengan demikian, jika Pancasila ditinggalkan sudah pasti akan terjadi pergolakan di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat Banten yang senantiasa berada pada arus pergolakan. Banten seperti laut, tenang tetapi menyimpan arus besar dan berbahaya yang ada di dalamnya. Untuk menghindari ancaman itu, Pancasila harus menjadi karakter negara bagi para pejabat Banten,” ujar Ito.

Pendapat hampir sama juga diungkapkan oleh Sosiolog Banten, Tihami yang mengatakan, jika Revolusi Mental akan dibudayakan maka harus berada pada ranah sikap (attitude). Sikap ini pada akhirnya harus menjadi character building yang akan membangun pengetahuan dan perilaku.  Oleh karena itu, Revolusi mental akan mengarah pada pembangunan bangsa dalam tataran budaya baru.

Lebih lanjut dia memaparkan, pembangunan peradaban budaya membutuhkan lima hal yakni, kepastian dalam penegakan hukum, pendidikan semesta yang mengarah pada perambatan budaya sikap serta perilaku, kelancaran informasi serta komunikasi, teladan atau model, dan terakhir terbangunnya kehidupan berpolitik yang baru.

Terkait dengan Kapsul Waktu Gerakan 70 (G-70), Koordinator Panitia Daerah, Ananta Wahana menjelaskan pihaknya menyebarkan formulir isian yang diisi oleh para mahasiswa. Mimpi-mipi itu kemudian akan diperas menjadi 7 (tujuh) mimpi. Mimpi-mimpi seluruh Indonesia itu akan dikumpulkan dalam kapsul waktu dan akan dibuka pada tahun 2085. Untuk mendukung G-70 itu, Ananta menambahkan, bersama sebuah tim yang dibentuk akan menyusun buku “Menuju Banten 2085”. Seminar yang diselenggarakan mencoba untuk menangkap aspirasi dari para tokoh Banten.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Babel CEO Forum 2018, Dorong Investasi di Sektor Pariwisata dan Pertambangan

BABEL-Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, Hiramsyah S.

Demi Terwujudnya Pembukaan UUD 1945: Indonesia Butuh Banyak Ahli Kebijakan Publik

JAKARTA-Indonesia membutuhkan banyak ahli kebijakan publik untuk membantu penyusunan berbagai