Cadangan Devisa Indonesia Cukup

Monday 28 May 2018, 6 : 54 pm
by
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Ketua LPS Halim Alamsyah, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar Konferensi Pers (Konpres) Penguatan Koordinasi dan Bauran Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian dan Keberlanjutan Reformasi di Aula Djuanda, Kemenkeu, Jakarta pada Senin (28/05).

JAKARTA-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan cadangan devisa Indonesia lebih dari cukup untuk pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah, maupun untuk antisipasi kemungkinan pembalikan aliran modal oleh Amerika.

Hal itu disampaikannya saat menggelar Konferensi Pers (Konpres) Penguatan Koordinasi dan Bauran Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian dan Keberlanjutan Reformasi di Aula Djuanda, Kemenkeu, Jakarta pada Senin (28/05).

Hadir dalam acara konpres ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Ketua LPS Halim Alamsyah, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

“Dengan cadangan devisa yang lebih dari cukup untuk pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah, maupun untuk mengantisipasi untuk kemungkinan pembalikan aliran modal yang diakibatkan oleh kebijakan di Amerika Serikat, maka Kemenkeu akan tetap bersama-sama Bank Indonesia, OJK dan LPS melakukan tugas untuk menjaga sistem keuangan kita tetap terjaga dan stabil,” paparnya.

Menkeu menjelaskan latar perekonomian saat ini dimana pertumbuhan stabil di angka 5,06 persen dan inflasi masih dalam kisaran angka toleransi 3,41 persen year on year.

“Untuk Kementerian Keuangan, saya sampaikan bahwa dengan kondisi perekonomian saat ini, dimana pertumbuhan mencapai 5,06 persen pada triwulan pertama, dan inflasi pada 3,41 persen year on year, ini masih tetap rendah dan masih dalam kisaran Bank Indonesia dan asumsi APBN plus-minus 1 persen,” jelasnya.

Menkeu menambahkan, defisit transaksi berjalan meskipun lebih tinggi di beberapa bulan terakhir, namun lebih rendah dibanding triwulan I tahun 2013 saat terjadi temper tantrum.

“Defisit transaksi berjalan sesuai dengan adanya pola musiman pada triwulan pertama meningkat menjadi 2,1 persen dari PDB. Kalau dilihat dari angka ini memang kelihatan meningkat dari beberapa bulan terakhir, tapi angka ini lebih rendah dibanding triwulan I tahun 2013 waktu terjadi temper tantrum,” jelasnya.

Menkeu menyampaikan, defisit transaksi berjalan juga terjaga dalam kisaran 2,5 persen terhadap PDB tahun 2018 ini.

“Ini masih di bawah kisaran aman yang biasanya menggunakan reference rate-nya adalah 3 persen dari PDB. karena terlihat pada saat pertumbuhan ekonomi mulai menguat, maka external balance kita juga menunjukkan adanya tekanan dari sisi Current Account atau transaksi berjalan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Ekonom DBS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjaga di Tengah Gejolak Ekonomi Global

JAKARTA-Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melaju meskipun berada di bawah ancaman

IPPP: Indonesia dan Negara-Negara Pasifik Punya Potensi Ekonomi dan Sumber Daya Laut

JAKARTA-Forum Indonesia Pacific Parliamentary Partnership (IPPP) merupakan diplomasi parlemen untuk