Demi Keamanan, Medsos Lokal Perlu Dikembangkan

Thursday 27 Jul 2017, 3 : 37 pm

JAKARTA-Indonesia perlu mengembangkan media sosial milik sendiri sehingga masyarakat tidak bergantung dengan media sosial buatan asing misalnya saja Facebook, Telegram, Twitter dan Lainnya. Yang penting pemerintah harus ada keputusan politik.

“Sebetulnya kita siap kok, asal kita mau atau tidak, kemudian political will-nya gimana, saya lihat anak-anak bangsa banyak yang bisa kok buat,” kata Pakar Ilmu Komputer Institut Perbanas, Richardurs Eko Indrajit dalam dalam seminar bertajuk ‘Perkawinan Terorisme dan Cyber’ di Institut Perbanas, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Menurut Eko Indrajit, tindakan pemblokiran saja tidak cukup untuk menghentikan penggerakan konten negatif tersebut.

“Makanya China itu enggak mau pakai media sosial buatan Amerika, dia bikin sendiri, konten sendiri, monitor sendiri,” ungkapnya.

Dikatakan Eko, saat ini banyak aplikasi buatan anak bangsa yang telah dirilis, namun pengikutnya masih belum banyak, sehingga jika pemerintah serius seharusnya berikan bantuan untuk dikembangkan.

“Kayak pakai batik awalnya enggak percaya sekarang bisa kan pakai batik semua, sama, ayo kita pakai medsos buatan sendiri,” tandasnya.

Namun Eko mengapresiasi kinerja yang dilakukan oleh Kemenkominfo.

“Di hulu perlu kerjasama semua, pendidikan, sosial, kalau di ujung sudah hilirnya. Walaupun ssebenarnya selain telegram masih banyak yang lain ( yang membahayakan),” tegasnya

Sementara itu Kasubdit Penyidikan dan Penindakan Kemenkominfo, ‎Teguh Afriadi‎ menceritakan temuan-temuan komunikasi teroris dalam aplikasi Telegram.

“Banyak sekali di Telegram, ada sekitar 54 channel, disitu spesifik kita diajarkan bagaimana merakit bom, bagaimana kita serang target, semua lengkap,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Teguh, dalam Telegram para pelaku teror menyebar daftar nama pejabat negara yang dijadikan target penyerangan.

“Bagi pelaku lone wolf, disana ada daftar nama pegawai lengkap siapa yang jadi targetnya, foto-fotonya, kemudian ada juga panduan bagaimana mereka potong kepala orang, menyeramkan,” jelasnya.

Teguh sendiri mengungkapkan, Ia bersama teamnya sempat menerima ancaman dari akun tidak dikenal usai resmi memblokir Telegram pada Jumat (14/7/2017) lalu.

“Dua hari setelah itu, mereka (teroris) marah, Kominfo disebut ikut bagian dari thogut halal darahnya, ini ancaman, ini resikonya keluarga kami,” tambahnya.

“Jujur kami tidur saja tidak nyenyak, kalau disuruh milih saya lebih baik jadi PNS biasa,” beber dia. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Menaikan BI Rate Sangat Riskan

JAKARTA- Bank Indonesia (BI) diminta tidak menggunakan instrument suku bunga

Densus 88 Bekuk DA, Terduga Teroris Thamrin

TANGERANG-Tim Detasemen Khusus 88 (Antiteror) menangkap seorang terduga teroris kelompok