Demokrasi Kultus Makin Menguat

Monday 23 Dec 2013, 5 : 52 pm
Yunarto Wijaya,

JAKARTA-Perkembangan demokrasi di Indonesia ternyata cukup mengkhawatirkan, karena arahnya justru mengkultuskan tokoh (mengagungkan tokoh idola).

“Gejala demokrasi kultus itu tampak dari menguatnya peran dan pengaruh tokoh-tokoh kunci partai politik,” kata Direktur Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, dalam pemaparan hasil surveinya yang digelar di DPR, Senin (23/12).

Saat ini, kata Yunarto, peta politik pun juga makin tak jelas, dan bahkan malah cenderung jadi funs club (kumpulan penggemar).

“Pada batas-batas tertentu, ini sangat mengkhawatirkan perkembangan demokrasi,” ucapnya.

Menurut Yunarto, demokrasi kultus itu mengkhawatirkan bagi perkembangan demokrasi, karena akan memperlemah penguatan pelembagaan partai politik.

Dalam kondisi seperti itu, sambungnya, kader-kader parpol seharusnya menyusun dan merapatkan diri, serta mengkosolidasi parpolnya, namun terlena dengan peran demokrasi kultus tersebut.

“Bagi setiap parpol, demokrasi kultus ini perlu diwaspadai, sebab pada dasarnya perkembangan parpol yang ada sekarang masih begitu kuat ketergantungannya pada sosok tokoh sentral mereka,” ujarnya.

Dalam sejumlah penelitiannya, kata Yunato lagi, di setiap parpol ternyata punya figur sentral yang potensial memunculkan demokrasi kultus.

Charta Politika menemukan 38,1% masyarakat yagn mengaku memilih PDIP karena tertarik pada figur Joko Widodo.

Lantas, 55,4% pemilih Gerindra memilih partai itu karena faktor Prabowo Subianto.

Di Demokrat, 39,4% pemilihnya, karena tertarik pada figur sentral Susilo Bambang Yudhoyono, 32,1% pemilih PAN karena tertarik pada figur Amien Rais; 42% pemilih Hanura karena faktor figur Wiranto.

Di Nadem, 51% memilih partai itu karena faktor tokoh Surya Paloh, dan 40% pemilih PKPI karena tertarik figur Sutiyono.

Dengan gambaran survei itu, berkorelasi dengan elektabilitas (keterpilihan) suara masing-masing parpol.

Dari survei ini, PDIP menempati posisi pertama dengan tingkat keterpilihan mencapai 15,8%, Golkar 12,6%, Gerindra 7,8%, Demokrat 7,4%, PKB 5,9%, PAN 4,4%, Hanura 4,1%, Nasdem 3,9%, PKS 3,8%, PBB 0,4%, PKPI 0,3%, tidak tahu/tidak menjawab 29,7%.

Menurut Yunarto, untuk calon presiden yang paling tinggi tingkat elektabilitasnya, tetap diduduki oleh Jokowi, disusul oleh Prabowo, Megawati, Jusuf Kalla.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

PT Nippon Shokubai Indonesia Bangun Pabrik Ketiga

JAKARTA–Pemerintah terus mengembangkan industri kimia sebagai industri strategis yang berperan

Jokowi: Prajurit Kopassus Harus Jadi Perekat Kemajemukan

JAKARTA-Presiden Joko Widodo menegaskan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) haruslah bisa