Deradikalisasi Harus Ditangani Multidimensi

Monday 26 Dec 2016, 2 : 59 pm
Pengamat intelijen Susaningtyas

JAKARTA-Masyarakat harus mengapresiasi kinerja intelijen, termasuk Baintelkam Polri dibawah Koordinasi dengan Badan Intelijen Nasional (BIN) terutama pada pencegahan teror dan bom.

Pemerintah tak boleh lengah sedikitpun, karena itu harus tengarai ajaran-ajaran radikal via medsos dengan tegas menanganinya.

“Jangan sampai penyebaran-penyebaranya kita biarkan sehingga memperluas pengaruhnya di negara kita. Semua yang anti Pancasila harus kita tindak tegas,” kata pengamat intelijen Susaningtyas kepada wartawatan di Jakarta, Senin (26/12/2016).

Mantan anggoya Komisi I DPR ini menambahkan menangani teror hingga ke akar itu bukan hanya penangkapan tapi harus dilakukan cegah tangkal dan deradikalisasi.

“Deradikalisasi pun harus dilaksanakan secara multidimensi bukan represi semata,” tambahnya.

Lebih jauh Politisi Hanura ini menegaskan harus kembali kepada realita dimana masih ada sinyalemen program deradikalisasi yang digagas oleh BNPT belum mampu mengakselerasi hakikat toleransi atas perbedaan dan penghargaan kepada sesama.

“Disinilah kita merasa perlu terus membangun komunikasi politik dan antar budaya yang simultan antara pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri,” terangnya lagi.

Nuning panggilan akrabnya menjelaskan deradikalisasi harus didasari dengan pencarian embrio masalah yang menjadi penyebab/pemicu terjadinya teror.

Seyogyanya, sambung Nuning, harus ada kesepakatan antara badan-badan intelijen, obyek deradikalisasi yang mana harus diprioritaskan sehingga dapat diatasi secara maksimal.

Dukungan regulasi atau perundang-undangan adalah sebuah keniscayaan bagi tercapainya keberhasilan deradikalisasi ini.

“Untuk itu bukan hal yang mustahil UU Antiteror No.15/tahun 2003 direvisi agar lebih maksimal menjadi payung hukum bagi penanggulangan bahkan pencegahan terorisme dan pelibatan masyarakat,” paparnya.

Dikatakan Nuning, keberadaan ISIS di zona ASEAN dimanapun juga harus diwaspadai. Apalagi Filipina yang jaraknya dekat dengan Indonesia serta memiliki kultur yang hampir sama.

“Ini memudahkan infiltrasi ISIS ke negara kita. Yang paling penting diwaspadai adalah berbagai aliran radikal yang mirip ideologinya dengan ISIS. Agar mereka diredam untuk tidak tergerak lakukan hal yang mengancam kedaulatan NKRI,” pungkasnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

CINEMA XXI

CNMA Siap Tebar Dividen Rp 666,76 Miliar

JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Nusantara

Dukung UMKM Lokal, Lazada Tutup Impor Produk Tekstil dan Fesyen, Kuliner, Kerajinan ke Indonesia 

JAKARTA-Transformasi digital dan aspek Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) merupakan