Desain Pembanguan Ekonomi Indonesia Salah Arah

Wednesday 18 Sep 2013, 2 : 22 pm
by

JAKARTA-Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zamroni Salim menilai pertumbuhan ekonomi RI semu, karena terlalu mengandalkan konsumsi dan impor. Kondisi ini membayakan ekonomi bangsa dan menghancurkan daya saing  serta produktivitas. “Semestinya, perekonomian yang didorong konsumsi domestik yang tinggi itu juga harusnya ditopang oleh sektor produksi. Karena bagaimanapun, mereka yang mengkonsumsi juga harus memperoleh reward atau income. Dan income itu hanya bisa diperoleh melalui produksi,” jelas dia di Jakarta,  Rabu (18/9).

Selain itu, kata dia tingginya impor akan memperlemah neraca perdagangan. Hal ini memberikan tekanan pada sektor-sektor industri yang lain karena ketergantungan bahan baku impor yang terlalu tinggi juga  dalam jangka panjang bermasalah. “Saya kira, point pentingnya adalah eberlanjutan kita dalam mengkonsumsi bermasalah karena tidak diditopang oleh sektor produksi sebagai sumber pendapatan itu sendiri,” ujar dia.

Menurut dia, jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia lama kelamaan akan menurun. “Dalam kurun waktu 5-10 kedepan, ekonomi kita akan bermasalah,” jelas dia.

Dampak lainnya kata dia, income per kapita tidak naik cepat. “Kalau ekonomi kita tumbuh hanya 5-6 persen maka pendapatan per kapita kita dibawah itu. Artinya, memang sangat beresiko ekonomi kita ke depan, kalau masalah struktur dasar pembentuk ekonomi tidak segera dibenahi,” imbuh dia.

“Saya juga heran, kenapa sampai sekarang pemerintah belum juga membangun industralisasi. Karena para pengambil keputusan di Indonesia cenderung berpikiran pragmatis. Kalau barangnya murah, kenapa nggak impor,” jelas dia.

Dia mengatakan, dalam jangka pendek, impor memang tidak menjadi persoalan. Misalnya, untuk jangka waktu 1-2 tahun. Tetapi kalau berpikir untuk pembangunan jangka panjang, 5-10 tahun maka yang dipikirkan adalah produksi.

Produksi ini lanjut dia akan mampu menopang konsumsi. Artinya, konsumsi berkelanjutan didukung oleh produksi yang sifatnya berkepanjangan. “Persoalannya, kepedulian pemerintah untuk pembangunan jangka panjang itu masih lemah kalau dilihat dari sisi bagaimana mereka tidak mau menghidupkan sektor produksi. Ini yang perlu dipertanyakan. Karena cara berpikir pemerintah hanya untuk jangka pendek,” jelas dia.

Hal ini membuktikan, desaian pembanguan ekonomi Indonesia salah arah karena cenderung mengabaikan sumber daya alam melimpah yang dimiliki bangsa Indonesia. “Keunggulan komparative, tidak diciptakan menjadi keunggulan kompetitif. Sektor-sektor produksi yang ada saat ini, tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. “Pemerintah tidak menjaga, bagaimana agar sektor produksi itu bisa berjalan,” pungkas dia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI Ajak OJK dan PPATK Buat Regulasi Bitcoin

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) berencana mengajak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan

Gandeng PHRI, Pemkab Tangerang Optimis Sektor Pariwisata Kuliner Bangkit Paska Pandemi

TANGERANG-Pandemi Covid-19 yang sudah melandai diyakini bisa membangkitkan sektor industri