DPR Tuding Importir Bawang Untung Rp5,6 Triliun

Thursday 21 Mar 2013, 5 : 59 pm
antaranews.com

JAKARTA-Para pemburu rente (rent seeking), alias spekulan diduga bisa menikmati keuntungan sekitar Rp5,6 triliun dalam dua bulan terakhir, terkait melonjaknya harga bawang putih di tanah air. “Dalam satu bulan itu ada keuntungan sekitar Rp2,8 triliun atau lebih, jadi bisa dibayangkan kalau dua bulan. Bisa saja ini ulah dari para pemburu rente,” kata Ketua Komisi IV DPR, Romahurmuy  bersama peneliti LIPI Dhany Agung dalam diskusi “Harga Bawang Meroket, Di mana Peran Negara?” di Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Kamis (21/3).

Lebih jauh kata Sekjen PPP ini, justru yang lebih memprihatikankan, ternyata importir dan penjahat ekonomi juga terbantu dengan adanya instruksi Presiden yang meminta diloloskannya bawang impor yang tertahan di pelabuhan.      “Dalam satu bulan, ada impor 1,4 juta kg. Kalau importir mengambil keuntungan Rp30 ribu/kg, maka didapat keuntungan Rp2,8 triliun,”ujarnya

Menurut Romi, importir tidak seharusnya mengambil keuntungan begitu tinggi, dengan memainkan harga. Sebab, dalam perkiraan sudah mendapat keuntungan besar. Mereka membeli di Cina seharga 1 dolar AS/kg (Rp 9.600,-). Kalau sampai Pelabuhan di Indonesia sekitar 1,3 dolar AS. “Jadi, seharusnya mereka menjual dengan harga Rp20 ribu/kg, mereka sudah mendapat untuk banyak,” tambahnya.

Romi-panggilan akrabnya, menilai kisruh soal bawang tak bisa dilepaskan dari strategi pemerintah soal kuota impor. Dulu saat tidak diatur impor itu, tak masalah. Namun kini setelah diatur malah bermasalah.  

 Selain soal kuota impor, kata Sekjen PPP ini, alokasi dana subsidi pertanian sebagian besar terserap untuk padi ketimbang tanaman lainnya. “Dana subsidi paling besar itu untuk tanaman pangan itu, yaitu padi,” tegasnya

Dari catatannya, kata Romi lagi, anggaran pengembangan untuk tanaman holtikultura hanya sekitar Rp800 miliar. “anggaran holtilkultura ini paling rendah dibanding, dirjen tanaman lainnya, dari Rp17 triliun anggaran Kementerian Pertanian,” tambahnya.

Diungkapkannya, produksi bawang dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, 1995 (125.000 ton), 1996 sekitar 106.000 ton, 1997 menjadi 102.000 ton, hingga 2012 tinggal 14.000 ton. “Lahan produksi kita hanya sekitar 5000 he, padahal kebutuhan lahan 40.000 ha,” terangnya. **can

Don't Miss

Mayoritas Ormas Advokat Tolak Revisi UU

JAKARTA-Rapat Dengan Pendapat Umum (RDPU) antara omas advokat dengan Badan

Pertamina Dukung Penuh GIIAS 2015

JAKARTA-PT Pertamina (Persero) menjadi pendukung utama penyelenggaraan pameran otomotif bertaraf