JAKARTA-Sikap Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, serta para pengikutnya beberapa waktu terakhir ini mirip sikap anak kecil yang sedang ‘tantrung’ membutuhkan perhatian, serba emosional dan sensitif. Tampaknya, sikap ini merupakan manifestasi salah satu strategi pertarungan politik pilkada DKI Jakarta: Strategi Politik Terzolimi. “Ikhwal ini tentu sah-sah saja. Namun amat disayangkan bahwa berbagai strategi yang dilakukan oleh SBY dan para pendukungnya dalam pilkada ini justru malah terkesan mencari perhatian. Bahkan, berupaya mendelegitimasi pemerintahan Presiden Jokowi yang sedang fokus bekerja dengan program program kerakyatannya di seluruh Indonesia,” ujar
Koordinator Nasional Jaringan Duta Joko Widodo, Joanes Joko dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/2).
Menurutya, Presiden Jokowi, saat ini sedang berbenah dan berusaha keras mengambil kesempatan terbaik dari momentum bonus demografi 2025 yang tinggal sesaat lagi. Namun, pemimpin negara justru di’recoki’ berbagai berita hoax dan aneka statement kontraproduktif dari para politikus.
Tanggapan SBY berbeda sekali dengan yang apa dilakukan oleh Presiden Jokowi. Kala Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, rumah dinasnya juga pernah disadap. Dan ini terjadi saat pemerintahan Presiden SBY. “Toh, Gubernur Jokowi ketika itu tak menanggapinya dengan emosional,” terangnya.
Masih segar dalam ingatan kita, di akhir 2016 , sekelompok massa mendemo kediaman orang tua Presiden Jokowi di Solo. Apa reaksi Presiden Jokowi? Dia tidak menanggapi dengan emosional, apalagi bercurhat- ria dengan ‘memelas’ di sosial media. Dia, lebih-lebih, tidak pernah mengerahkan kekuasaannya untuk menanggapi demo tersebut. “Tidak ada yang menzolimi Presiden Republik Indonesia ke 6, Pak SBY. Yang terjadi justru orang orang di sekitar SBY sendiri yang telah menariknya menjadi sosok partisan dan bukan seorang negarawan yang bijak,” tuturnya.
Duta Joko Widodo mendukung dan menaruh hormat besar jika SBY berkenan mencurahkan sumbangsihnya dengan membantu Presiden Jokowi memberikan solusi.
Di antaranya, Permasalahan mangkraknya berbagai proyek yang terjadi di masa pemerintahannya. Berbagai proyek ini nilainya hampir 143 trilyun, seperti proyek Hambalang, 34 proyek pembangkit listrik, pembangunan rel kereta api dan sebagainya. Juga, membantu mengungkap aliran dana kasus Bank Century yang telah memakan korban ribuan nasabah serta kasus pembunuhan munir yang hampir selama pemerintahannya tidak bisa diungkap secara terbuka. “Bangsa ini tidak akan besar kalau para mantan pemimpinnya tidak berjiwa besar dan negarawan,” imbuhnya.
Duta Joko Widodo menyarankan SBY sebaiknya mencontoh jejak dan teladan Presiden Republik Indonesia ke 3, BJ Habibie. Yakni, menjadi seorang pandita bijaksana. “Maka sejarah bukan hanya akan mencatat Anda sebagai Presiden RI pertama yang terpilih dalam pemilu langsung yang demokratis tapi juga akan mengenang Anda sebagai seorang negarawan,” pungkasnya.