JAKARTA-Survei real–time yang dilakukan selama acara DBS Asian Insights Conference 2019, memperlihatkan, risiko yang paling dikhawatirkan oleh sebagian besar peserta pada tahun ini adalah gejolak ekonomi global. Adapun, faktor yang paling dikhawatirkan memicu gejolak ekonomi global ini adalah melambatnya ekonomi China.
Berdasarkan survei ini, gejolak ekonomi dunia meraih porsi 55,2%, disusul politik nasional 38,5%, dan perekonomian nasional hanya 6,3%. Hasil ini tidak saja menunjukkan kalau masyarakat yakin bahwa ekonomi Indonesia baik-baik saja, namun juga sekaligus menjungkirbalikkan isu negara bangkrut atau bubar.
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Denni Puspa Purbasari, yang membidangi kajian dan pengelolaan isu-isu ekonomi strategis, menyampaikan risiko perlambatan China ini dalam konferensi bertema ‘Accelerating Growth for Future – Forward Indonesia’ dalam diskusi yang berlangsung Hotel Mulia, Jakarta.
“Karena ukuran ekonomi China sangat signifikan terhadap ekonomi global, tentu apa yang terjadi dengan China getarannya akan terasa tidak hanya di region, namun juga di global economy,” kata doktor ekonomi dari University of Colorado at Boulder ini.
Ekonomi Indonesia pun akan terdampak. Karena, China mempunyai posisi strategis bagi Indonesia. Pertama, karena China merupakan partner dagang terbesar bagi Indonesia, baik dari sisi impor maupun ekspor.
Kedua, China merupakan negara dengan nilai investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) ketiga terbesar di Indonesia.
Ketiga, China juga pemegang surat utang pemerintah dan pemberi pinjaman terbesar ketiga.