Ekspor Gerabah dan Keramik Hias Tembus USD 25 Juta

Saturday 13 Apr 2019, 8 : 42 pm
by

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang fokus memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) penghasil gerabah dan keramik hias. Sektor ini dinilai memiliki potensi dan peluang besar untuk semakin berdaya saing di kancah nasional hingga global.

“Pemerintah menjadikan IKM gerabah dan keramik hias ini sebagai salah satu sektor yang perlu didorong pengembangannya, karena guna memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (11/4).

Gati menjelaskan, salah satu kekuatan Indonesia dalam upaya menumbuhkan IKM gerabah dan keramik hias, yakni lantaran ditopang oleh ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah seperti tanah liat, feldspar, pasir silika, dolomit, limestone, batu granit, dan sumber daya alam lainnya.

“Selain itu, keunggulan kita adalah punya beragam desain yang menarik. Apalagi, industri kerajinan keramik hias atau gerabah di Indonesia merupakan sektor yang lekat dengan budaya, sehingga memiliki tempat di hati masyarakat kita,” paparnya.

Oleh karena itu, Dirjen IKMA optimistis, kegiatan usaha IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang. Kemenperin mencatat, jumlah IKM gerabah dan keramik hias lebih dari 5.200 unit usaha yang telah menyerap tenaga kerja hingga 21.470 orang.

“Sentra IKM gerabah dan keramik hias tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, di antaranya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan,” sebutnya.

Gati pun mengemukakan, produk gerabah dan keramik hias Indonesia telah mampu kompetitif di tingkat internasional. Ini dibuktikan melalui capaian nilai ekspornya yang melampaui USD25,4 juta pada 2018 atau naik dibanding perolehan tahun sebelumnya yang menembus USD25,2 juta.

Beberapa negara tujuan utama ekspor tersebut, antara lain ke Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda dan Britania Raya. “Kami yakin, IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia masih memiliki peluang untuk meraih pasar yang lebih besar di dunia internasional. Apalagi, adanya kerja sama ekonomi komprehensif yang sudah ditandatangani seperti dengan Australia dan EFTA,” imbuhnya.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pemerintah berharap kepada para industri keramik dalam negeri agar terus berkontribusi sebagai salah satu motor penggerak akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jadi, selain dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik, kami juga mendorong agar mereka bisa memperluas pasar ekspor terutama di tingkat regional,” tandasnya.

Menperin optimistis, Indonesia berpotensi mampu menduduki peringkat ke-4 dunia sebagai produsen keramik.

“Saat ini, kapasitas terpasang keramik nasional sebesar 560 juta meter persegi. Tentunya, setelah pemerintah memberikan keberpihakan kepada industri dalam negeri, utilitas produksi harus bisa meningkat,” tegasnya.

Di samping itu, pemerintah sedang menggalakkan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu aspirasinya adalah mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional hingga 1-2 persen. Di era digitalisasi saat ini, beberapa industri keramik nasional sudah menerapkan teknologi terbaru, seperti digital printing dan digital glazing yang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar.

“Kami juga mendorong diversifikasi produk dengan memproduksi jenis ubin terkini seperti ubin 3D (tiga dimensi), porcelain slab, dan ubin vitrifikasi, serta inovasi desain ubin keramik yang mengikuti tren terkini yang memiliki ciri khas dan original. Untuk itu, perlu didorong pemanfaatan teknologi 3D printing, otomatisasi, artificial intelligence dan big data,” sebut Airlangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK: Waspadai Tawaran Investasi dan Pinjol Ilegal

PEKANBARU-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus bekerja keras meningkatkan literasi keuangan

Kenaikan Dinilai Tak Tepat, Ekonom UGM Sarankan Lebih Baik Berlakukan Pembatasan BBM Bersubsidi

JAKARTA- Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,