JAKARTA-Empat BUMN bersinergi memperkuat industri alat perkakas pertanian non mekanik guna mengurangi ketergantungan pada produk impor. Adapun BUMN itu, antara lain PT. Krakatau Steel, PT. Boma Bisma Indra, PT. Sarinah, dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia. “Alat perkakas pertanian non mekanik yang akan ditingkatkan produksinya, antara lain cangkul, sekop, mata garu, egrek, dan dodos,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Direktorat Jenderal IKM Kementerian Perindustrian dengan empat BUMN di Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Menurut Airlangga, sinergi BUMN ini merupakan salah satu langkah nyata untuk memperkuat struktur industri nasional dan langkah strategis ini merupakan wujud pelaksanaan dari arahan Presiden Joko Widodo yang memfokuskan pada pemerataan di tahun 2017. “Pemerataan tersebut salah satunya adalah memberikan prioritas kepada IKM,” ujarnya menambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Menperin didampingi Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan turut menyaksikan penandatanganan MoU tersebut yang dilakukan oleh Dirjen IKM Gati Wibawaningsih, Direktur Utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sukandar, Direktur Utama PT. Boma Bisma Indra (Persero) Rahman Sadikin, Direktur Utama PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) Agus Andiyani, dan Direktur Utama PT. Sarinah (Persero) GNP Sugiarta Yasa.
Dalam hal ini, lanjut Airlangga, BUMN telah merespons untuk menyediakan bahan baku bagi IKM khususnya sektor alat perkakas pertanian non mekanik. “Selama ini, tantangan yang dihadapi IKM adalah bahan baku, permodalan, kredit, dan akses pasar. Melalui MoU ini, perusahaan-perusahaan BUMN berfungsi menyediakan bahan baku serta menjualnya, sehingga menjadi supply chain yang lengkap,” ujar Airlangga.
Dikatakannya, alat perkakas pertanian non mekanik tersebut akan diproduksi oleh IKM yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan jumlah 12.609 unit usaha. “Sentra yang cukup besar terdapat di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Untuk kapasitas produksi cangkul dalam negeri mampu mencapai 14 juta unit per tahun,” katanya.
Airlangga juga mengatakan bahwa nantinya PT. Krakatau Steel akan memproduksi bahan baku medium carbon steel berbentuk lembaran sesuai kebutuhan industri yang kemudian akan dilakukan proses lanjutan oleh PT. Boma Bisma Indra sehingga menjadi barang setengah jadi, maksimal sampai dengan 75 persen. “Barang setengah jadi tersebut akan didistribusikan ke PT. Sarinah dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia. Untuk produsen cangkul yang berskala besar maupun kecil dan menengah, mereka akan mengolah barang setengah jadi tersebut menjadi alat perkakas pertanian,” kata dia.
Dengan skema ini, dia mengharapkan produksi cangkul dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan cangkul di pasar domestik sebesar 10 juta unit per tahun.
Airlangga menegaskan dengan terpenuhinya bahan baku yang berstandar dan instrumen yang tepat bagi penyampaian bahan baku kepada sentra-sentra industri di dalam negeri, diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produk alat perkakas pertanian non mekanik di dalam negeri.