Gus Ipul-Anas Beri Apresiasi Megawati

Tuesday 31 Oct 2017, 1 : 01 pm
merdeka.com

JAKARTA–Penetapan pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas sebagai cagub dan cawagub Jatim adalah bentuk komitmen bersama PDI Perjuangan dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kesadaran sejarah dan kultural membangun Indonesia Raya.“Pencalonan kami berdua menunjukkan bagaimana Ibu Megawati begitu dekat dengan Islam, betapa Bu Mega menerima dengan senang hati saran para kiai,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (31/10/2017).

Menurut Gus Ipul, Ibu Mega merupakan sosok yang benar-benar menempatkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Selama Ibu Megawati menjadi Presiden, beliau konsisten membela Palestina; berani menolak serangan sepihak AS dan sekutunya terhadap Irak,”
ungkap cicit pendiri NU KH Bisri Syamsuri.

Sementara itu, Cawagub Abdullah Azwar Anas menyampaikan rasa prihatinnya atas berbagai proyek lawan politik PDI Perjuangan dan Megawati yang mencoba membenturkan PDI Perjuangan dan Islam. ”Itu tidak akan pernah berhasil, karena sejak dulu kaum nasionalis dan kaum religius selalu bahu-membahu membangun bangsa ini,” ujarnya.

Menurut Anas, berbagai proyek politik membenturkan dengan Islam tersebut sebagai bagian dari skenario besar untuk menyerang Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan yang elektabilitasnya terus menanjak. “Masyarakat belajar dari kasus Saracen. Masyarakat juga makin dewasa. Masyarakat akhirnya juga tahu bagaimana Bung Karno, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan bersama Islam, namun kesemuanya tetap ditempatkan dalam semangat kebangsaan. Bahkan banyak masyarakat yang tidak tahu, tanpa Bung Karno tidak akan pernah ditemukan makam Imam Al Buchori. Tanpa Bung Karno tidak akan pernah ada Masjid Biru yang berdiri megah di Soviet,” kata Anas.

Demikian halnya tanpa Ibu Mega, kata mantan anggota DPR ini, hanya sedikit pemimpin yang berani membela Irak dan mengutuk aksi unilateral Amerika Serikat atas serangan tethadap Irak. Bahkan Ibu Mega juga melanjutkan tradisi Bung Karno, membangun Masjid di belahan bumi paling selatan, Afrika Selatan,” imbuh Anas.

Anas menambahkan, seluruh umat Muslim perlu mewaspadai berbagai proyek politik yang mengatasnamakan agama. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, berkali-kali momen-momen kritis hanya bisa dilampaui dengan bersatu-padunya kekuatan nasionalis dan santri. ”Jadi upaya mengadu domba kaum nasionalis di PDI Perjuangan dengan kalangan muslim tidak akan pernah berhasil,” tegas Anas.

Anas menambahkan di awal berdirinya negeri ini, publik tidak akan pernah lupa bahwa Bung Karno bertanya tentang hukum membela negara kepada KH Hasyim Asyari. “Pendiri NU itu dengan sepenuh hati menyatakan, perjuangan membela Tanah Air adalah jihad fisabilillah,” tuturnya.

Ijtihad itu kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Resolusi Jihad, sambung Bupati Banyuwangi, yang menunjukkan keterpaduan kaum nasionalis dan kaum santri dalam membela republik. ”Itulah manifestasi komitmen kebangsaan yang utuh secara ideologis dan keimanan yang datang dari ketulusan Bung Karno dan Mbah Hasyim. Patut diingat pula bahwa Bung Karno adalah presiden pertama yang mengutip ayat Alquran di forum PBB yang menjadi perhatian seluruh dunia pada 1960,” kata Anas yang merupakan mantan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).

Don't Miss

Keasrian Istana Bawa Semangat Baru Jalankan Nawa Cita

JAKARTA-Komplek Istana Merdeka Jakarta tempat Presiden Jokowi berkantor, meski letaknya

Meruwat Kebersamaan, Merawat Nilai Kebangsaan

Oleh : MH Said Abdullah Setiap warga, agak sulit dibuat