Hamka: Intervensi Rupiah Ibarat Buang Garam ke Laut

Sunday 23 Aug 2015, 7 : 56 am
by
Hamka Yandhu

JAKARTA-Ketua Komite Tetap Sarana Produk Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Hamka Yandhu meminta Bank Indonesia (BI) agar tidak perlu menguras banyak energi melakukan intervensi untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selain memerlukan ongkos moneter yang besar, intervensi juga akan menyedot cadangan devisa Indonesia. “Kalau intervensi, sama saja membuang garam ke laut. Artinya, seberapa banyak dollar AS yang dilepas BI ke pasar akan terserap habis,” ujar Hamka di Jakarta, Minggu (23/8).
Menurutnya, upaya menahan laju rupiah dengan melakukan intervensi ditengah situasi perang mata uang (currency war) tidak banyak membantu. Pasalnya, pelemahan nilai tukar merupakan gejala global yang tidak terjadi di Indonesia. “Beberapa negara juga mengalami pelemahan mata uangnya,” ujarnya.
Karena itu, jika BI terlalu berlebihan melakukan intervensi bisa mengurangi cadangan devisa. Justru, keseringan intervensi membuat cadangan devisa terkuras habis. Karena, persoalan rupiah ini tidak sekedar menggelontorkan dolar ke pasar. Tetapi, ini juga menyangkut resikonya cadangan devisa. Cadangan devisi akan terus menyusut bahkan bisa habis jika dipakai intervensi.
Hal ini kata Hamka pernah terjadi pada pertengahan 2013 lalu, ketika rupiah melemah cadangan devisa turun dalam jumlah signifikan dalam dua bulan. “Bisa saja (BI intervensi). Tapi investor melihat cadangan devisa cukup tidak, nanti ujung-ujungnya utang,” katanya.
Dia mengatakan intervensi kadang tidak selalu berpengaruh menstabilkan nilai tukar. Bahkan beberapa negara sudah hilang ratusan triliun tapi kursnya tidak bergerak. Karena itu, BI harus hati-hati. “Kalau cadangan devisa kita turun, IMF bisa masuk lagi. Dan Indonesia dinyatakan “darurat” ekonomi,” ujarnya.
Menurutnya, BI membiarkan rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar sudah tepat. Apalagi, sejauh ini, BI kesulitan membendung laju pelemahan rupiah. “Intervensi tidak akan membantu penguatan rupiah. Ibarat penyakit bisul, posisi rupiah saat ini dilematis. Satu ditutupi, dia akan muncul lagi ditempat lain. Artinya, intervensi hanya akan membuat posisi rupiah menguat sesaat. Setelah itu, akan melemah lagi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Hamka mengatakan, yang bisa dilakukan BI adalah menjaga volatilitas rupiah. Selain itu, pemerintah harus segera memperbaiki iklim investasi supaya menarik investasi asing langsung. Hal ini penting mengingat pemerintah mesti berpacu dengan kenaikan suku bunga Amerika Serikat. “Saya kira, saat ini yang dibutuhkan untuk perekonomian Indonesia adalah persepsi yang positif. Tidak ada langkah cepat yang bisa diambil pemerintah untuk menahan pelemahan rupiah. Penyebabnya masalah domestik yang dihadapi Indonesia bersifat structural,” tuturnya.
Persoalan terbesar Indonesia saat ini, jelasnya infrastruktur yang stagnan. “Infrastruktur kita nggak beres. Akibatnya, nggak akan ada pertumbuhan ekonomi. Nggak ada aktifitas bisnis yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

PT Samudera Indonesia Tbk

Dividen Bank Mandiri Dibagikan 28 Maret 2024

JAKARTA – Dividen PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk tahun

Banyuwangi Tolak Pembangunan Hotel Kelas Melati

BANYUWANGI-Pemkab Banyuwangi menggenjot habis-habisan Industri pariwisatanya melalui eco tourism. Bahkan