Imbas Perbup No 47/2018, Pendapatan Kuli Ganjur di Tangerang Tergerus

Wednesday 23 Jan 2019, 1 : 36 am
by
Kuli bongkar muat tambang (Ganjur) sepi pekerjaan, Selasa (22/1/2019) di salah satu pangkalan tambang di Kampung Jaha, Desa Caringin, Kabupaten Tangerang

TANGERANG-Penghasilan ribuan kuli bongkar muat barang tambang (Ganjur), seperti pasir, batu kali dan aneka jenis bahan tambang galian C tergerus sebagai imbas diberlakukannya Peraturan Bupati (Perbup) Tangerang Nomor 47 tahun 2018.

Perbup Tangerang Nomor 47 tahun 2018 mengatur jam operasional kendaraan barang angkutan tambang, pada ruas jalan Raya kabupaten Tangerang.

Sejak diberlakukan tanggal (14/12/2018) lalu, ribuan Ganjur terancam keberlangsungan hidup mereka.

Iyang (39), kuli bongkar muat (Ganjur) mengaku penghasilannya menurun tajam, sejak diberlakukan aturan jam tayang kendaraan truk di jalur perlintasan Legok-Malangnengah.

“Parah sekarang cuma bisa dapet Rp30 ribu, kalau sebelumnya kami bisa dapet Rp100 ribu dari pagi jam 7 sampai jam 17.00 wib. Sekarang mah Rp 30 ribu sampai malam,” ucap dia, Selasa (22/1/2019) di Pangkalan Jaha, Caringin, Legok, kabupaten Tangerang.

Iyang yang sudah bekerja sebagai Ganjur selama 11 tahun itu, berharap ada kebijakan baru Pemerintah kabupaten Tangerang, agar keberlangsungan hidup para ganjur bisa tetap berjalan.

“Kami memohon pemerintah bisa melihat kami, kami benar-benar sudah kehilangan penghasilan,” kata dia.

Diungkpkan Ayah dua anak ini, kuli bongkar muat barang, hanya menerima upah sebesar Rp15 ribu untuk sekali menurunkan material tambang galian C.

“Nurunin Rp15 ribu permobil kalau naikin itu Rp100 ribu dibagi 4 sampai 5 orang. Paling kebagian cuma Rp20.000, tapi sekarang sepi banget karena truk bisa melintas hanya 7 jam dari pukul 22.00 sampai pukul 05.00 wib. Hari-hari sebelumnya pagi kita sudah kerja, kalau sekarang kelamaan nunggu, bengang-bengongnya,” kata dia.

Diungkapkan Iyang untuk satu pangkalan barang tambang, sedikitnya ada 10 sampai 15 ganjur yang bekerja. Untuk jalur perlintasan Legok-Karawaci saja diperkirakan ada ratusan pangkalan.

“Kalau dihitung mungkin ribuan orang seperti kami, pemerintah kok tega sekali. Kita engga dikasih kerjaan, tapi kerjaan kita malah diganggu. Kalau begini rakyat kecil kaya kami yang menjadi korban,” ucap dia. (Raja Tama)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

88% Orang di Asia-Pasifik Percaya Teknologi Dapat Mendukung Karir Mereka Lebih Baik Dari Manusia

JAKARTA-Saat ini banyak orang khususnya karyawan beralih ke robot untuk

Kasus Natuna, MPR: Tak Ada Implikasi Ekonomi Dari China

JAKARTA-Wakil Ketua MPR Syarifuddin Hasan mendukung sepenuhnya sikap tegas pemerintah