Investasi Saham dan Reksa Dana Masuk Area Negatif

Thursday 14 Nov 2013, 3 : 41 pm
by

JAKARTA-Hasil survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) menunjukkan adanya tren penurunan sentimen investor Indonesia, terutama pada investasi di saham dan reksa dana. Sentimen terhadap investasi di saham dan reksa dana mengalami penurunan terbesar atau memasuki area negatif, yakni minus 20 untuk saham dan minus 14 untuk reksa dana.   Hal ini sejalan dengan penurunan sentimen di kawasan Asia, seperti Jepang, Taiwan dan Hong Kong. “Temuan survei menggarisbawahi kekhawatiran para investor pada keadaan ekonomi, pasar dan lapangan kerja. Masyarakat menunggu dan tidak bereaksi, karena tidak yakin apa yang harus dilakukan,” kata Director of Business Development PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut Andanawarih di Jakarta, Kamis (14/11).

Untuk diketahui, MISI di Asia diadakan setiap kuartal untuk mengukur pandangan investor dan perilaku kelas aset penting serta sarana investasi di tujuh pasar Asia.

Survei MISI dilakukan melalui 500 wawancara secara online di Hong Kong, China, Taiwan, Jepang dan Singapura. Di Indonesia dan Malaysia, survei ini dilakukan melalui tatap muka. Para responden merupakan investor kelas menengah-atas yang berusia 25 tahun ke atas.

Nilai aset yang diinvestasikan responden cukup beragam, mulai dari Indonesia yang senilai US$1.300 hingga di Jepang US$80 ribu. Kelas aset yang diukur MISI Asia adalah saham, real estat, reksadana, investasi pendapatan tunai dan uang tunai.
Berdasarkan hasil survei tersebut, menurut Putut, menunjukkan bahwa para investor di Asia tidak mencari investasi berisiko. “Hal itu sangat wajar, terutama berkaitan dengan dana jangka panjang mereka,” imbuhnya.

Menurut dia, sentimen terhadap properti juga turun, sedangkan dana tunai masih menjadi pilihan utama investor di Indonesia. “Dari survei yang dilakukan, persentasi pada dana tunai yang dilakukan mencapai 85 persen, rumah 66 persen, properti 67 persen, investasi pendapatan tetap 43 persen, reksa dana -14 persen dan saham -20 persen,” ,” ujar Putut.

MISI menekankan, walaupun terjadi tren penurunan sentimen secara bertahap terhadap dana tunai dan semakin sedikit investor yang menyatakan bahwa mereka memiliki dana tunai pada Kuartal III-2013. Porsi dana tunai dan deposito dalam portofolio investor meningkat signifikan dari 28 persen menjadi 42 persen. “Namun, 64 persen responden Indonesia merasa tidak memiliki dana tunai yang cukup,” imbuhnya.

Sebanyak 18 persen dari total dana tunai akan digunakan untuk membayar kebutuhan sehari-hari dan biaya tidak terduga. Sebanyak 18 persen lainnya untuk membiayai pendidikan anak dan sebesar 17 persen untuk simpanan masa pensiun. Sisanya, untuk biaya pengobatan di masa depan, membeli rumah dan membeli kebutuhan besar lainnya.

Meski indeks sentimen Indonesia di kuartal ketiga menjadi 38 atau menurun 60 di kuartal kedua, namun Indonesia mesih tetap menjadi negara tertinggi kedua yang memiliki indeks peositif setelah Malaysia. Indeks untuk China, Singapura, Jepang, Taiwan dan Hong Kong lebih rendah, tetapi masih di area positif.

Secara umum, indeks di Asia pada kuartal ketiga turun menjadi 15 dari 21 di kuartal kedua akibat adanya wacana tapering-off kebijakan quantitatif easing The Fed AS, ketidakstabilan pasar saham dan harga properti. “Responden di Indonesia tertarik untuk memindahkan uang tunai menjadi logam mulia, properti, asuransi dan deposito berjangka dengan jaminan bunga rendah,” kata Putut.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Incar Rp10,47 Triliun, ISAT Berencana Jual Menara dan Sewakan Lahan

JAKARTA-PT Indosat Tbk (ISAT) berencana menjual 4.247 menara kepada PT

Pendapatan Anjlok, Laba Bersih WSBP di Semester I-2020 Cuma Rp5,18 Miliar

JAKARTA-PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) pada Semester I-2020 hanya