IPW Desak Pemerintah Percepat Realisasi Bank Tanah

Sunday 7 Aug 2016, 9 : 30 pm
by
Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda/photo dok facebook

JAKARTA-Indonesia Property Watch (IPW) mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan konsep bank tanah. Instrumen ini sangat penting untuk mengendalikan harga tanah dan memberikan jaminan ketersediaan lahan untuk pembangunan rumah murah. “Saat ini, seakan-akan pemerintah membiarkan pasar perumahan untuk menengah bawah diserahkan pada mekanisme pasar. ”Alih-alih menyediakan rumah rakyat, malah hal ini akan menjadi bom waktu ketika harga tanah sudah semakin tinggi dan tidak dapat lagi dikembangkan rumah murah,” ujar Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda seperti dikutip dari akun faceboknya di Jakarta, Minggu (7/8).

Dia mengatakan bank tanah ini dapat dikelola oleh sebuah badan otonomi perumahan nasional sehingga pemerintah dapat bertindak sebagai master developer yang menentukan arah pembangun rumah secara nasional. Dengan badan ini pemerintah dapat mengatur wilayah-wilayah mana saja yang kekurangan pasokan rumah murah dan tidak mengandalkan swasta. “Lucunya saat ini yang menjadi penentu arah pengembangan perumahan nasional relatif adalah pengembang swasta. Karena itu, kami desak pemerintah serius membentuk bank tanah sekaligus badan otonomi tersebut, jangan sampai terlambat karena hal ini sangat mendesak,” ulasnya.

Namun demikian sebelum itu penataan tata ruang dengan peruntukan untuk perumahan menengah bawah di masing-masing wilayah Pemda harus segera ditetapkan sehingga pengadaan bank tanah pun dapat semakin efektif. Saat ini banyak tanah-tanah yang seharusnya dapat dibangun rumah murah sudah terlalu tinggi harga tanahnya, yang seharusnya dapat ‘diamankan’ pemerintah sejak dini. “Tanah-tanah yang saat ini dilewati oleh LRT, MRT, kereta api, sudah banyak yang terlambat untuk diamankan pemerintah dan dikuasai swasta. Jika sejak dini pemerintah sudah dapat mengamankan tanah tersebut, maka ketersediaan lahan untuk pembangunan rumah sederhana seharusnya tidak menjadi masalah,” jelasnya.

Tanah-tanah tersebut yang kemudian menjadi bagian dari bank tanah yang akan dikelola dan direncanakan oleh Badan Otonomi Perumahan bekerja sama dengan pemda ”Bank tanah sebenarnya sudah diakui banyak pihak menjadi instrumen pengendali harga, karenanya keseriusan pemerintah dalam hal ini harus dibuktikan dengan jelas dan nyata,” tuturnya.

IPW kembali  mengingatkan bahwa akan sangat baik bila urusan perumahan rakyat sebagai public housing menjadi tanggung jawab pemerintah dan dibangun oleh pemerintah. Karena jika public housing diserahkan sepenuhnya kepada swasta, harga akan semakin naik dan semakin tidak terjangkau masyarakat.

Bahkan terangnya, program sejuta rumah yang sedang bergulir pun terancam gagal karena diperkirakan para pengembang swasta yang membantu membangun rumah murah pada saatnya akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan lahan karena harga tanah sudah semakin tinggi. “Dalam 2 sampai 3 tahun ke depan, program sejuta rumah tidak akan sustain (berkelanjutan,” tuturnya.

Dia mengatakan faktor yang paling strategis dalam masalah rumah murah adalah ketersediaan lahan yang layak untuk dibangun perumahan murah. “Ketika lahan dijadikan obyek komersial maka tentunya harga akan terus naik dan pemerintah saat ini gagal dalam hal pengendalian harga tanah khususnya untuk rumah murah. Masyarakat yang masih membutuhkan rumah sangat banyak, namun bila tanah semakin tinggi tanpa ada yang dapat mengendalikannya maka tidak ada yang dapat membangun rumah murah lagi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Presiden: Kalau UU Memperbolehkan, Dor Saja Pengedar Narkoba

JAKARTA-Presiden Joko Widodo mengaku geram dengan maraknya peredaran narkoba di Indonesia. Data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pengguna narkoba terus meningkat. Tahun 2015 diperkirakan angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang, dan setiap hari 49-50 generasi muda  Indonesia mati karena narkoba.  “Saya tegaskan, semua harus dihentikan, harus dilawan, dan tidak bisa dibiarkan lagi,” tegas Presiden Jokowi saat menghadiri puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2016, di Pinangsia Taman Sari, Jakarta, Minggu (26/6). Presiden menegaskan perang melawan narkoba di Indonesia tidak boleh surut.  Karena tu, Presiden meminta kepada semua kementerian, lembaga, aparat hukum, terutama di Polri, kepada seluruh Kapolda, jajaran Polda, kepada seluruh Kapolres, jajaran Polres, Polsek semuanya, agar mengejar dan menangkap para pengedar narkoba. “Hajar mereka, hantam mereka. Kalau undang-undang memperbolehkan dor mereka. Ingat Bapak/Ibu sekalian, generasi muda kita mati karena narkoba 5,1 juta. Untungnya undang-undang tidak memperbolehkan itu, kalau boleh akan saya perintahkan langsung ke Kapolri dan Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional),” tegas Presiden. Presiden mengatakan, perang terhadap narkoba ini tidak boleh setengah hati. Apalagi, para pengedar narkoba terus bergerak dan menemukan cara-cara baru untuk  mengelabui aparat hukum dan keamanan. Bahkan, mereka sudah mulai memanfaatkan orang-orang yang tidak dicurigai seperti anak-anak dan wanita untuk menjadi kurir narkoba. “Dan adanya modus baru dalam penyelundupan narkoba ke dalam mainan anak, kaki palsu, dan yang lain-lainnya,” imbuhhya. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kata Presiden, kejahatan luar biasa ini sudah merengkuh berbagai lapisan masyarakat. Mengutip laporan Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso, Presiden menyebutkan, anak TK (Taman Kanak kanak) dan SD (Sekolah Dasar) sudah ada yang terkena narkoba. “Tidak hanya di kota, (tapi juga) di kampung, di desa. Tidak hanya orang dewasa, (tapi juga) remaja, anak-anak, dan bahkan yang di TK pun sudah dimasuki narkoba. Tidak hanya orang biasa tapi juga ada aparat, ada pejabat, dan ini yang seharusnya menjadi panutan juga terkena narkoba,” tuturnya. Presiden mengingatkan semua harus bersinergi mulai dari pesantren, universitas, kementerian, lembaga, kota, kabupaten, maupun provinsi, semuanya, sebab kalau ini dibiarkan bisa kemana-mana dan bisa melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Kata-kata pun, lanjut Presiden, sudah tidak diperlukan lagi, yang diperlukan adalah tindakan yang konkrit, tindakan yang nyata. “Saya perlu ingatkan, semua harus bersinergi mulai dari BNN, Polri,kementerian, lembaga, LSM, masyarakat semua harus betul-betul melakukan langkah-langkah yang terpadu untuk melawan narkoba, langkah-langkah yang progresif, yang mengalahkan kelicikan para pengedar narkoba,” tutur Presiden seraya mengingatkan, yang tidak kalah penting, masing-masing harus menghilangkan ego masing-masing, egosektoral.

SKK Migas dan 71 Kontraktor KKS Terima Apresiasi EITI

JAKARTA-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenkoperekonomian) menyerahkan apresiasi kepada Satuan Kerja