Kadin Tak Cemas Bulog Stabilisator Pangan

Tuesday 14 May 2013, 7 : 51 pm
kemendag.go.id

JAKARTA-Kalangan dunia usaha merespon positif dan tak cemas dengan langkah Perum Bulog yang akan menjadi stabilisator sejumlah komoditas pangan, termasuk daging sapi, kedelai, jagung, dan gula.  “Kita yakin Bulog siap dan mempunyai infrastruktur untuk menunjang aktivitas tersebut, sesuai dengan mekanisme bisnis murni,” kata Wakil Ketua Kadin, Natisr Mansyur di Jakarta, Selasa (14/5)

Oleh karena itu, kata Narsir lagi, pengusaha mendesak pemerintah segera menerbitkan peraturan presiden (Perpres) yang menunjuk Perum Bulog sebagai stabilisator harga komoditas strategis, seperti daging.

Kemarin, harga daging sapi masih dikisaran Rp90.000-Rp95.000/kg menjadi fokus Perum Bulog. Karena itu, pasca ditunjuk sebagai stabilisator daging, Bulog mencari cari agar harga daging sekitar Rp 70.000-80.000/kg. “Daging sangat terbatas dari Australia dan New Zealand. Mestinya harga daging harus turun, wajarnya Rp 70.000-80.000/Kg,” kata Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso di Jakarta, Senin (13/05)

Namun saat ini, kata Sutarto, Bulog masih menunggu surat keputusan penugasan resmi dari pemerintah. Sehingga Bulog bisa secepatnya merealisasikan target itu. “Dalam waktu dekat akan keluar izin atau penugasannya. Rencananya secepatnya, kita harapkan kalau bisa sekitar Juni 2013 bisa direalisasikan jangan ganggu saat Puasa. Banyaknya (alokasi kuota) masih dihitung Kemendag,” tambahnya.

Menurut Sutarto, suplai daging memang perlu ditambah langsung dari impor. Karena jika feedloter tidak menambah pasokan,  maka tidak diketahui siapa yang menjamin di kuartal berikutnya. “Logika begitu frozen (daging sapi beku) mungkin sama pengalaman beras 7-10% kita ambil sekitar-sekitar itu dari total kebutuhan. Kalau kebutuhan 100 maka 10% sebagai penyanggah, itu harus fleksibel kalau terjadi atau disesuaikan akan ditambah,” jelasnya.

Keberadaan Bulog itu, sambungnya, bagi  pemerintah harus ada pengecualian. Aertinya, jangan disamakan dengan importir. Karena Bulog tak mencari keuntungan. Cuma sebagai stabilisator. “Sebagai penyeimbang, jadi jangan bermain. Kalau kurang ya impor ditambah, mudahnya seperti itu. Over suplai kurangi impornya,” tegasnya.

Namun, katanya, petani tidak boleh dihargai kurang dari Rp 30.000/Kg berat hidup mulai dari situ, dengan Rp 30.000/Kg berat hidup maka di lapangan Rp 70.000/Kg ecerannya.

Sementara itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa memastikan penyerahan tugas Bulog sebagai stabilisator, mengingat bulan Ramadhan dan Idul Fitri sudah dekat. “Daging sapi harganya masih cukup tinggi sehingga perlu dilakukan stabilisasi harga. Terlebih untuk menghadapi lebaran dan puasa cara yang dilakukan adalah dengan melakukan operasi pasar oleh Bulog,” ungkapnya

Cara ini dilakukan pemerintah agar harga daging sapi turun dan normal. “Agar terjadi penurunan harga sapi menjadi normal namun tetap melindungi peternak. Kita antisipasi kenaikan kebutuhan pada saat Lebaran dan Puasa ini,” katanya.

Namun secara garis besar, Hatta menegaskan kebutuhan pangan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran bahkan hingga akhir tahun aman. Yang dikhawatirkan Hatta hanyalah harga cabai yang akan terjadi fluktuasi harga.

“Semua bahan pokok cukup sampai Lebaran dan akhir tahun. Produksi kita cukup, (serapan Bulog) beras Mei itu sebanyak 2,69 juta ton. Ini terbesar sehingga kita siap melakukan intervensi bila diperlakukan. Bahkan telah terjadi deflasi pada bahan pokok kita. Tetapi tidak untuk cabai merah yang akan berfluktuatif. Bawang sudah deflasi,” jelasnya.**can

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Merdeka Copper Gold Emisi Obligasi Rp1,5 Triliun

JAKARTA–PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menawarkan obligasi berkelanjutan IV

Kuartal 1/2020, Pendapatan Pelita Samudera Shipping Naik 9%

JAKARTA-PT Pelita Samudera Shipping Tbk (“Perseroan”, “PSS”, kode IDX: PSSI) dari