Kawasan Bintuni Bakal Jadi Megapolitan Industri Skala Global

Wednesday 1 Jul 2015, 2 : 37 pm
by
Menperin Saleh Husin

JAKARTA-Kawasan Bintuni di Papua Barat diproyeksikan menjadi megapolitan industri petrokimia di Indonesia bahkan skala global. Pasalnya, kawasan di Indonesia timur itu memiliki paling tidak dua keunggulan yaitu melimpahnya potensi gas bumi yang dibutuhkan industri petrokimia dan sejumlah perusahaan nasional dan multinasional telah siap menanam investasi seperti Ferrostaal Industrial Project GmbH, raksasa petrokimia asal Jerman. “Ferrostaal dari Jerman, LG Chemical dan Pupuk Indonesia sudah siap masuk ke Bintuni dan mereka menunggu kepastian harga dan pasokan gas. Inilah yang harus dipercepat kepastian harganya,” kata Menperin Saleh Husin pada Forum Dialog dengan Pimpinan Redaksi di Jakarta, Selasa (30/6).

Menperin mengakui, pihak calon investor telah beberapa kali meminta kepastian dukungan energi gas sebagai salah satu basis kalkulasi investsi dan operasi. Ini mengingat industri petrokimia merupakan  bisnis jangka panjang. “Untuk Bintuni, memang perlu intervensi pemerintah terhadap harga gas karena ini demi kepastian investasi petrokimia yang mendukung beragam industri lainnya dan menciptakan lapangan kerja,” tegasnya.

Harga gas domestik selama ini dinilai Kemenperin menjadi kendala utama pengembangan petrokimia. Banderol harga gas masih USD 9-10 per MMBTU sedangkan di luar negeri hanya USD 3-4 per MMBTU.

Selain itu, perlu dilakukan joint study antara Pupuk Indonesia selaku pengguna gas dengan BP Berau selaku penghasil gas. Diperlukan pula, koordinasi dengan Kementerian/Lembaga maupun instansi terkait agar pembangunan pabrik dapat berjalan dengan lancar.

Kemenperin merinci, pembangunan industri petrokimia di Teluk Bintuni mempunyai beberapa alasan. Pertama, potensi gas bumi di Teluk Bintuni yang sudah diidentifikasi sebesar 23,8 TSCF, dimana sebesar 12,9 TSCF sudah dialokasikan untuk 2 train LNG, dan sisanya sebesar 10,9 TSCF untuk 1 train LNG. Selain itu, ditemukan juga cadangan baru sebesar 6-8 TSCF.

Potensi gas bumi tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri ammonia untuk mendukung industri urea dan bahan baku industri methanol untuk mendukung industri pusat olefin.

Menurut Menperin, pembangunan industri melalui program hilirisasi serta kompleks industri petrokimia akan berdampak terhadap pengembangan daerah, meliputi infrastruktur, pendidikan dan kesejahteraan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

November 2018, Penjualan Eceran Tumbuh Meningkat

JAKARTA-Penjualan eceran pada November 2018 tumbuh meningkat. Hal tersebut terindikasi

PMI Manufaktur di Level 52,2, Indonesia Lampaui Vietnam dan Thailand

JAKARTA-Industri pengolahan nonmigas di tanah air masih menunjukkan geliatnya yang