DIY merupakan salah satu daerah yang berhasil mengembangkan potensi industri kreatif, khususnya pada sektor kerajinan. Sejalan dengan itu, pengembangan potensi IKM kerajinan merupakan salah satu program prioritas yang dilakukan Kemenperin.
“Saya mengharapkan agar pembinaan SDM dan penggunaan teknologi dapat kita lakukan dengan lebih fokus dan saling melengkapi satu sama lain, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pengembangan IKM yang berdaya saing global sehngga mendorong pertumbuhan dan penguatan ekonomi kerakyatan,” ungkapnya.
Eddy pun menuturkan, DIY merupakan sentra kerajinan yang sangat kaya dengan nuansa tradisional Nusantara, terutama batik.
“Karena memang di Yogyakarta ada Keraton dan Pakualaman yang memang menjadi inspirasi bagi tumbuhnya industri kerajinan batik,” tuturnya.
Apalagi, batik merupakan salah satu produk unggulan yang berkontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional melalui capaian ekspornya.
Kemenperin menargetkan ekspor produk tenun dan batik pada tahun 2019 mampu menembus angka USD58,6 juta atau naik 10 persen dibanding capaian tahun lalu sebesar USD53,3 juta. Ekspor batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.
Melalui pameran Kerajinan Jogja Istimewa 2019, Eddy menargetkan, produk-produk kerajinan dari Kota Gudeg tersebut bisa lebih dikenal masyarakat secara luas.
“Di Kemenperin biasanya banyak tamu, termasuk para tamu dari negara lain, sehingga bisa menambah pengetahuan terhadap produk-produk kerajinan Yogyakarta yang dipamerkan,” imbuhnya.