JAKARTA-Kementerian BUMN mengaku tidak ada yang ditutup-tutupi terkait perjanjian pinjaman USD 3 miliar dari China Development Bank (CBD). Pihaknya siap terbuka dengan kalangan DPR yang belum lama ini meminta penjelasan soal proses pengucuran loan ini.
Dalam RDP dengan Kementerian BUMN dan direksi tiga bank BUMN, Mandiri, BRI dan BTN belum lama ini, Komisi VI merasa kecewa karena masih belum bisa meluhat salinan kerja sama tersebut. “Kita semuanya terbuka tidak ada yang ditutupi. Saat ini ketiga bank BUMN tengah menunggu rekomendasi terkait permintaan itu,” ungkap Deputi Bidang Jasa Keuangan, Survey dan Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (1/10).
Menurut Gatot, langkah untuk meminta rekomendasi itu wajar dilakukan karena konsep perjanjian ini adalah B to B (Business to Business). Hal itu pun sama saja dilakukan ketika mendapat oinjaman dari Jepang yang bersifat B to B. “Jadi kan ada yang B to B, G to B (Government to Business), dan G to G (Givernment to Government). Dan ini murni B to B,” terangnya. “Jadi sekali lagi, Namum ia tidak ada hal-hal yang perlu dirahasiakan dalam surat perjanjian itu. Hanya saja butuh koordinasi dengan CDB,” Gatot kembali menegaskan.
Seperti diketahui, dalam RDP Selasa (29/9) lalu mengalami kebuntuan setelah berapa anggota Komisi VI meminta salinan perjanjian tersebut namun tidak dikabulkan. “Kami Nnanti akan memberikan resumenya,” jawab Gatot waktu itu. Jawaban Gatot itu membuat DPR naik pitam dan menskor sidang.
Ketiga bank BUMN tersebut memang mendapatkan pinjaman senilai USD 1 miliar untuk masing masingnya dengan tenor antara 3-10 tahun. Peminjaman itu dimasukan dalam rencana bisnis bank pada Juni 2015 lalu. (TMY)
