JAKARTA-Kinerja perekonomian 2017 mengalami fase pemulihan yang relatif lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,06%. Optimisme pertumbuhan ekonomi 2017 setidaknya mampu mencatatkan realisasi sebesar 5,1%, meskipun dibawah target APBN-P 2017 sebesar 5,2%. “Namun lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2016, yakni 5,02%,” kata Ketua Fraksi PPP DPR Hj Reni Marlinawati dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (28/12/2017).
Hadir pula Sekjen PPP Arsul Sani, Anggota Ketua Komisi IX DPR Irgan Charil Mahfiz, anggota Komisi VII Joko Purwanto dan Wakil Sekretaris F-PPP Muhammad Iqbal.
Salah satu faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan harga komoditas ekspor terutama minyak mentah, batu bara dan minyak kelapa sawit. Sepanjang Januari-Nopember 2017, ekspor mampu tumbuh 17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. “Kinerja ekspor yang cukup positif juga disokong oleh pertumbuhan investasi yang mencapai 7,11% per triwulan III 2017. Kepercayaan investor khususnya domestik masih cukup positif terhadap prospek kinerka perekonomian jangka panjang,” ujarnya lagi
Kendati nilai tukar rupiah fluktuatif, kata Waketum PPP, sejak pertengahan tahun akibat aksi jual investor asing. Namun secara umum masih berada pada level Rp13.400-13.500 per dolar. Keluarnya modal asing juga tidak membuat goyah perekonomian. Hal ini tercermin dari IHSG yang menyentuh rekor 5.221 pada minggu ketiga Desember 2017.
Sementara itu tantangan perekonomian domestik paling besar berasal dari konsumsi rumah tangga yang mengalami stagnasi. Rendahnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunyab tekanan pada daya beli masyarakat kelas bawah. Hal ini terjadi khususnya pada masyarakat 40% pendapatan terbawah yang mengalami tekanan dari pencabutan subsidi listrik 900 VA. Dan trend penurunan pendapatan khususnya pada kelompok petani dan buruh. ***
