Kinerja Transaksi Berjalan Triwulan I-2013 Membaik

Wednesday 15 May 2013, 3 : 49 pm
by
ilustrasi

JAKARTA-Keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan I-2013 mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan.

Hal ini tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menyusut menjadi US$5,3 miliar (2,4% dari PDB) dari defisit US$7,6 miliar (3,5% dari PDB) pada triwulan sebelumnya.

Perbaikan ini bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan.  

“Kinerja ekspor nonmigas secara riil sudah mulai membaik mengikuti pertumbuhan volume perdagangan dunia yang meningkat tetapi secara nominal masih tumbuh negatif akibat harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan,” ujar Direktur Eksekutif  Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (15/5).

Meskipun ekspor nonmigas tumbuh negatif, kata dia, neraca perdagangan nonmigas mampu mencatat kenaikan surplus karena impor turun lebih tajam daripada ekspor.

Penurunan impor nonmigas tersebut merupakan dampak dari perlambatan konsumsi dan investasi domestik yang tercermin dari menurunnya impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal.

Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, mengikuti turunnya impor nonmigas, dan pengeluaran jasa travel, mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.

Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri.

Sebaliknya, defisit neraca perdagangan migas kembali meningkat akibat pertumbuhan volume konsumsi BBM yang masih mengalami akselerasi dan produksi minyak yang terus menurun.

Di sisi lain, kebijakan  BI dalam memperbesar pasokan valuta asing (valas) untuk pembayaran impor minyak menyebabkan transaksi modal dan finansial mengalami defisit sebesar US$1,4 miliar.

Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan I-2013,  BI memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik.

Kebijakan ini berhasil mengurangi permintaan di pasar valas dan meredam tekanan depresiasi rupiah sehingga memberikan ruang kepada perbankan domestik untuk menambah simpanan valas mereka. Dengan demikian, terjadinya defisit pada transaksi modal dan finansial lebih dikarenakan meningkatnya aset valas bank, bukan karena adanya arus keluar investasi asing.

“Dalam periode tersebut, nilai pembelian surat-surat berharga berdenominasi rupiah, seperti SUN dan saham, oleh investor asing secara keseluruhan justru lebih besar daripada triwulan sebelumnya. Investasi langsung asing (Penanaman Modal Asing/PMA) juga masih surplus, walaupun tidak sebesar triwulan sebelumnya seiring dengan pertumbuhan investasi domestik yang melambat,” tutur dia.

Akibat dari defisit yang terjadi pada transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2013 mengalami defisit sebesar US$6,6 miliar. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Maret 2013 turun menjadi sebesar US$104,8 miliar.

Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan, di atas standar kecukupan internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Vaksin COVID-19 Tahap 10 Tiba di Indonesia

JAKARTA-Indonesia kembali menerima vaksin COVID-19 sejumlah 6.000.000 dosis bahan baku

Puncak Arus Mudik, Konsumsi Pertamax Turbo Naik Lebih Dari 70%

BANDUNG-Kesadaran pemudik dalam menggunakan bahan bakar yang lebih baik terlihat