Menurut Taslim, konferensi tersebut akan berlangsung dalam 3 (tiga) seri yang masing-masing diadakan di Vatikan, di Kairo (Mesir) dan Jakarta (Indonesia).
Mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Taslim menjelaskan konferensi perdamaian di Vatikan dapat dibuka oleh Paus Fransiskus, sementara di Kairo Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi diharapkan dapat membuka secara resmi dan di Jakarta, Presiden Joko Widodo berkenan secara resmi membuka hajatan besar itu.
“Terkait dengan rencana besar konferensi perdamaian ini, pengurus lengkap Forum Alumni Cipayung akan beraudiensi dengan Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan masukan dan sekaligus dukungan terkait dengan rencana ini. Dalam konteks perdamaian ini, konferensi Forum Alumni Cipayung ini diharapkan akan memberi dampak yang positif bagi perdamaian dunia sebagaimana diharapkan Deklarasi Abu Dhabi,” ujar Hermawi Taslim.
Konferensi perdamaian Forum Alumni Cipayung ini, masih menurut Taslim, merupakan agenda dan sekaligus momentum strategis untuk Indonesia dan sekaligus menegaskan posisi sentralnya dalam mewujudkan perdamaian global.
“Jika ada observer dari dunia internasional yang ingin menghadiri konferensi perdamaian Alumni Cipayung, kami sangat terbuka. Hanya saja mekanisme sedang digodok bersama agar tujuan konferensi perdamaian Alumni Cipayung ini sesuai dengan misinya. Konferensi ini juga merupakan cara Indonesia mewujudkan perdamaian dunia sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” tegasnya.