Lonjakan Harga Beras Kerek Inflasi Maret Sebesar 0,17 %

Wednesday 1 Apr 2015, 7 : 59 pm
by
ILustrasi

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi  pada Maret mencapai level 0,17 %. Ini inflasi pertama tahun ini setelah dua bulan sebelumnya tercatat deflasi. Dengan demikian, sepanjang tahun ini (year-to-date) masih mencatat deflasi 0,44 %. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 6,38 %.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diamati, 54 kota mengalami inflasi, dan sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari sebesar 0,84 %, dan terendah terjadi di Padang dan Cilacap masing-masing sebesar 0,01 %. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar -1,97 %.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, tingkat inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil sebesar 0,14 %. Sementara kelompok yang paling rendah andilnya terhadap pembentukan inflasi berasal dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,73 %, dengan andil sebesar 0,16 %. “Dari seluruh komoditas yang terdapat dalam kelompok bahan makanan, hanya komoditas beras yang mengalami inflasi pada Maret 2015,” kata Suryamin kepada wartawan di kantor BPS Pusat, Jakarta, Rabu (1/4).

Karena itu, dia berharap, kenaikan harga beras ini harus menjadi perhatian pemerintah mengingat harga gabah mengalami penurunan yang cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya. Namun saat masuk tahap beras giling sampai ke tingkat pedagang (pasar) justru terus mengalami peningkatan. “Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan tim pengendali inflasi,” ujarnya.

Sementara itu, menurut kelompok komponen dan energi, inflasi tertinggi berasal dari kelompok energi yang mengalami inflasi sebesar 1,77 %, dimana harga bensin menjadi faktor utama dalam pembentukan inflasi tersebut. Lalu kelompok selanjutnya berasal dari inflasi pada harga yang diatur pemerintah (administered price) sebesar 0,83 % dan komponen inti 0,29 %. Sedangkan harga yang bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 0,83 %.

Walaupun harga bensin merupakan komoditas utama yang menjadi faktor pendukung inflasi Maret 2015, namun diperkirakan efeknya baru akan sepenuhnya terasa pada pembentukan inflasi April 2015. Hal ini karena kenaikan harga BBM tersebut baru terjadi di penghujung bulan Maret sehingga efeknya belum sepenuhnya berdampak di bulan Maret. Akan tetapi, diperkirakan, peningkatan harga bensin tersebut akan tertekan oleh kemungkinan terjadinya penurunan harga beras akibat adanya panen raya yang akan terjadi di Bulan April.

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menilai kebijakan kenaikan harga BBM tidak akan mempengaruhi inflasi terlalu tinggi. Lantaran, masyarakat mulai terbiasa dengan adanya kenaikan harga BBM setiap bulannya. “Secara teori dan pengalaman berbagai negara kenaikan yang didrive kondisi ekonomi dan harga diluar kontrol pemerintah inflasi tidak signifikan,” ucapnya.

Dia melanjutkan inflasi Maret sebesar 0,17 % juga masih dalam tahap wajar. Pasalnya, pada saat itu, Indonesia belum mengalami panen raya. “Kemarin belum panen raya, sekarang mulai panen raya di mana harga pasar akan turun, Bulog baru bisa membeli. Kemarin baru permulaan. Itu (inflasi) masih oke,” ujarnya

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kereta Cepat Jakarta Bandung/Foto: Kompas.com

Soal Pencurian Kabel, Manajemen PT KCIC Diminta Perketat Sistem Keamanan

JAKARTA-Kalangan DPR mendesak manajemen PT.Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) memperketat sistem

Aktif Sosialisasi Tabungan Pelajar, BNI Raih 3 Penghargaan OJK

JAKARTA-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) kembali meraih prestasi