MAMI: Pemulihan Pasar Masih Terus Berlanjut di 2017

Wednesday 7 Dec 2016, 6 : 53 pm
by
Alvin Pattisahusiwa, Director of Investment MAMI (kiri), ditemani Putut Endro Andanawarih, Director of Business Development MAMI dan Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist MAMI

JAKARTA-Perbaikan ekonomi yang didukung oleh kebijakan pro pertumbuhan dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memberikan peluang bagi investasi di reksa dana saham dan  pendapatan tetap. “Di tengah ketidakpastian situasi politik dan ekonomi global, Indonesia akan terus menawarkan peluang investasi yang menarik bagi para investor di tahun 2017,” ujar Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan dalam acara Market Outlook 2017:  Embracing Changes yang digelar di Jakarta, Rabu (7/12).

Dia  mengatakan, setelah volatilitas jangka pendek mereda, Asia terutama Indonesia, akan tetap menjadi tujuan investasi global karena fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Walau tidak kebal terhadap goncangan eksternal, namun saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang lebih siap dibandingkan saat tahun 2013 dan 2015 lalu.  “Cadangan devisa telah meningkat, sementara defisit transaksi berjalan telah jauh menurun,” ujarnya.

Lebih lanjut Katarina menjelaskan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif telah memicu penguatan mata uang dolar AS dan meningkatkan arus dana asing keluar dari Indonesia, yang dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Akan tetapi, dengan semakin membaiknya defisit neraca berjalan disertai dengan kecukupan cadangan devisa di atas rata-rata  8 bulan impor, membuat ekonomi Indonesia diyakini tetap kokoh.

Selain itu, dari sisi perdagangan dan investasi, ekonomi Indonesia relatif terisolasi karena lebih berorientasi pada konsumsi domestik.

Eksposur Indonesia terhadap perdagangan dengan Amerika Serikat dan perdagangan global secara keseluruhan termasuk yang terendah di antara negara-negara Asia lainnya. “Beragam kondisi tersebut membuat Indonesia relatif terlindungi dari dampak negatif ketidakpastian situasi politik dan ekonomi global,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Investasi MAMI Alvin Pattisahusiwa, yakin tahun 2017 akan menjadi tahun pertumbuhan bagi Indonesia. Bahkan pemulihan pasar masih akan terus berlanjut di tahun 2017 seiring dengan estimasi pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5,0% – 5,2%.

Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pro pertumbuhan yang telah diterapkan, baik kebijakan fiskal melalui paket-paket kebijakan pembangunan yang telah diluncurkan oleh pemerintah, maupun kebijakan moneter longgar dari BI.

Selain itu, keberhasilan program amnesti pajak juga membawa dampak positif dalam meningkatkan penerimaan pajak negara dan memperbesar basis data wajib pajak untuk kesinambungan postur anggaran pendapatan dan belanja negara. “Konsumsi domestik masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2017.  Akselerasi pembangunan infrastruktur akan mendorong kegiatan investasi, sehingga lebih berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin membaik tentunya memberikan peluang investasi,” imbuhnya.

Alvin menyarankan para investor untuk terus berinvestasi di tahun 2017 sesuai dengan tujuan dan toleransi tingkat risiko, karena pemulihan di pasar saham dan obligasi masih akan terus berlanjut, terlebih dengan masih rendahnya suku bunga di tahun 2017.  “Perbaikan ekonomi yang didukung oleh kebijakan pro pertumbuhan dari pemerintah dan Bank Indonesia memberikan peluang bagi investasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap.   Kedua jenis reksa dana ini berpotensi memberikan imbal hasil yang atraktif,” ujar Alvin.

Menyambut tahun 2017, Putut Endro Andanawarih, Director of Business Development MAMI menyarankan para investor untuk melakukan evaluasi portofolio investasi yang dimiliki, dan jika diperlukan, mulai menyesuaikan portofolio investasinya berdasarkan tujuan investasi dan profil risiko.  Bagi investor yang memiliki jangka waktu investasi panjang dan menginginkan imbal hasil investasi yang tinggi, dapat berinvestasi di reksa dana saham.  Sedangkan bagi investor yang memiliki tujuan jangka menengah, dapat berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi.  Adapun bagi investor yang menginginkan tingkat likuiditas yang tinggi namun tetap menginginkan hasil investasi di atas deposito, dapat memanfaatkan reksa dana pasar uang. “Bagi investor yang memiliki profil risiko agresif dapat menginvestasikan 50% – 70% dana investasinya di reksa dana saham, 20% – 30% di reksa dana pendapatan tetap, dan 10% – 20% di reksa dana pasar uang,” terangnya.

Lebih lanjut Putut menjelaskan, untuk pilihan reksa dana saham, investor dapat memanfaatkan reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA), yang dikelola dengan strategi investasi high conviction dalam hal pemilihan saham-saham dari sektor-sektor unggulan yang akan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi di tahun mendatang.  Sementara Manulife Pendapatan Bulanan II (MPB II), sebagai pilihan reksa dana pendapatan tetap, dapat dimanfaatkan oleh investor karena memberikan dividen bulanan layaknya bunga deposito dan volatilitas yang relatif rendah, sehingga dapat menyeimbangkan risiko portofolio investasi.  “Adapun Manulife Dana Kas II (MDK II), yang merupakan reksa dana pasar uang, disediakan bagi investor yang menginginkan tingkat likuiditas tinggi dengan volatilitas sangat minimal,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

DBS Bank

DBS Group Bantu Debt Fundraising Untuk PT Sarana Multi Infrastruktur 

JAKARTA-Sebagai bank yang selalu berinovasi dan memberikan layanan perbankan yang

Mendag Tantang Pengusaha Asing Investasi Produk Pangan

TANGERANG-Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengatakan akan memprioritaskan produksi dalam negeri