Menkeu Keluarkan Paket Kebijakan Fiskal-Moneter

Wednesday 21 Aug 2013, 5 : 48 pm
by

JAKARTA – Merosotnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan terpuruknya nilai tukar rupiah hingga mendekati angka Rp 11.000 per USD membuat pemerintah panik. Untuk menyikapi pelemahan sejumlah indikator makro ekonomi domestik,   pemerintah akan membuat paket kebijakan fiskal-moneter yang akan diumumkan pada Jumat pekan ini. Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku, penanganan jangka pendek akan lebih fokus pada stabilitas di sektor keuangan.  “Di dalam fokus jangka pendek, kami harus fokus pada stabilitas sektor keuangan, tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan sudah duduk bersama-sama untuk menjaga ini,” kata Chatib di Gedung DPR Jakarta, Rabu (21/8).

Mengahadapi situasi perekonomian global dan domestik saat ini, kata Chatib, pemerintah dan BI berencana mengeluarkan paket kebijakan moneter dan fiskal yang dibuat secara lengkap dan menyeluruh. “Sejauh ini concern dari pelaku ekonomi ada pada dua faktor yang di luar (negeri) dan domestik,” ucapnya.

Dia mengatakan, kekhawatiran terhadap perekonomian eksternal terkait dengan isu pengetatan quantitative easing pada September mendatang. “Faktor ini dikombinasi juga dengan faktor domestik, kekhawatiran terhadap ekonomi kita. Kami juga harus melihat ada soal-soal yang harus diselesaikan di ekonomi domestik,” paparnya.

Menurut Chatib, kekhawatiran pada ekonomi domestik ada pada current account deficit, perlambatan pertumbuhan ekonomi, pelemahan nilai tukar rupiah dan inflasi. “Ini adalah tantangan yang harus kami hadapi. Untuk mengatasi itu, tentu harus dibuat langkah-langkah yang lebih komprehensif,” ujar Chatib.

Hingga saat ini, jelas Chatib, pemerintah dan BI tengah melakukan finalisasi paket kebijakan fiskal-moneter tersebut. “Nanti hari Jumat (kebijakan fiskal-moneter) itu dikeluarkan dalam bentuk paket. Kenapa dalam bentuk paket? Supaya sifatnya tidak parsial,” tuturnya.

Chatib menegaskan, situasi perekonomian yang tengah dihadapi Indonesia bukan hal yang biasa. “Presiden sudah menyampaikan, kita sedang berhadapan dengan ekonomi dunia yang tidak bersahabat. Kemudian diingatkan bahwa situasi di 2013 berat dan pada 2014 walaupun ada perbaikan, tetapi juga masih berat,” paparnya.

Dengan demikian, lanjut dia, dalam menghadapi situasi perekonomian dunia dan dalam negeri saat ini, perlu dikeluarkan paket kebijakan yang lengkap. “Ini semua perlu dirumuskan (oleh pemerintah dan BI), supaya nanti keluar paket yang komprehensif,” katanya.

Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa tekanan terhadap rupiah, pasar keuangan dan pasar modal. Hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh perekonomian global yang tengah memburuk. “Kita sama-sama bisa melihat bahwa stimulus moneter di Amerika Serikat mulai disesuaikan dengan negara-negara lain, termasuk emerging emerging countries,” katanya di Jakarta, Rabu (21/8).

Agus mengatakan, saat ini BI tetap terkonsentrasi untuk menjaga liability valuta asing, kualitas aset dan mengelola utang luar negeri. Dia berharap, industri perbankan juga ikut menjaga dan mengelola dana nasabah secara hati-hati.

Menyinggung soal inflasi, Agus memperkirakan, hingga akhir 2013 angkanya bisa lebih tinggi dari asumsi di APBN-P 2013 yang sebesar 7,2 persen. “Agustus ini mungkin masih tinggi, namun masih bisa dikendalikan. Mungkin inflasi pada September sudah kembali normal,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jokowi Presiden Indonesia

JAKARTA-Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf

Parpol Jangan Ribut Terus Soal DPT

JAKARTA-Kemendagri dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta tidak saling lempar