GORONTALO-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengangkat potensi industri pengolahan komoditas hortikultura di Provinsi Gorontalo. Langkah strategis ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus juga menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas seperti kopra dalam jangka panjang.
“Kami
bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk
hortikulura di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah,
produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan
kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,” kata Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto ketika melakukan kunjungan kerja di
Gorontalo, Sabtu (12/1).
Menperin
menegaskan, pihaknya terus menggenjot diversifikasi pada produk
komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu,
produksi hortikultura akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan
industri makanan dan minuman di dalam negeri.
Sebagai
penyerap produk hasil pertanian dan perkebunan, industri makanan dan
minuman memiliki konsistensi kinerja yang gemilang dengan mampu
mengatrol baik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas maupun ekonomi
nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman
sebesar 35,73 persen terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III
tahun 2018.
“Kita juga harus mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian sehingga bisa meningkatkan efisiensi di semua rantai nilai industri,” jelasnya.
Sepanjang tahun 2018, nilai ekspor produk hortikultura segar dan olahan diproyeksi mencapai Rp2,23 triliun.
Berdasarkan
data Pemerintah Provinsi Gorontalo, pada tahun 2018, jumlah industri
skala besar dan sedang terdapat 20 perusahaan dengan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 7.693 orang. Sedangkan, industri mikro dan kecil mencapai
12.360 unit usaha dengan melibatkan 31.910 tenaga kerja.
Sektor perkebunan kelapa menjadi prospek andalan berlangsungnya produksi pabrik tepung kelapa dan nata de coco di
Kabupaten Gorontalo. Sementara itu, di Provinsi Gorontalo, juga
terdapat satu kawasan industri yaitu Kawasan Industri Agro Terpadu
(KIAT) di Kabupaten Bone Bolango.
Didampingi
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Menperin berkesempatan untuk meninjau
dan berdialog langsung dengan para pengusaha dan karyawan PT Royal
Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI).
“Terbukti
dengan investasi Rp500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor
sebesar Rp1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT
Royal Coconut yang investasi awalnya Rp100 miliar, saat ini ekspornya
mencapai Rp300 miliar. Artinya, ada potensi-potensi Gorontalo dengan
industri berbasis hortikultura, dan ini yang akan kami dorong,” papar
Airlangga.
Oleh
karena itu, lanjut Menperin, tugas pemerintah pusat akan menyiapkan
skema insentif bagi industri di daerah. Salah satunya dalam hal
penelitian dan pengembangan produk agar kualitasnya semakin baik setiap
tahun.
“Ini
adalah industri yang diharapkan oleh pemerintah. Arahan Bapak Presiden
Joko Widodo adalah industri pengolahan berbasis bahan baku dalam negeri.
Nah, seperti di HGI ini karena produknya herbal untuk kesehatan, dan
diproduksi dengan standar good manufacturing practice sehingga mempunyai pasar global,” imbuhnya.
Sementara
itu, Rusli Habibie mengaku bersyukur karena Menperin bisa berkunjung ke
Gorontalo. Menurutnya, potensi industri berbasis sumber daya alam cukup
banyak di Gorontalo sehingga diharapkan ada perhatian dan intervensi
oleh pemerintah pusat untuk mendorong peningkatan investasi khususnya
sektor industri.
“Contohnya pabrik tepung kelapa tadi, itu 90 persen bahan kelapanya diambil dari petani sehingga ada added value bagi
mereka. Termasuk juga PT HGI, yang salah satu bahan dasarnya rumput
Teki, orang Gorontalo bilang manggata yang tidak ada harganya. Sekarang
dibeli oleh pabrik dengan harga yang lumayan,” terangnya.
PT
Royal Coconut di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo merupakan
perusahaan pembuatan tepung kelapa. Perusahaan yang mempekerjakan 702
orang karyawan ini mampu menghasilkan 360 ton tepung per bulan dan
menjadi komoditas ekspor di benua Eropa, Afrika dan Asia.
Sementara itu, PT HGI memiliki produk unggulannya, yakni obat herbal SoMan. Perusahaan yang mempekerjakan 204 orang tersebut mampu memproduksi 60 ribu botol per bulan yang juga telah memenuhi pasar ekspor.