Neraca Perdagangan Surplus US$ 304,9 Juta

Thursday 2 May 2013, 9 : 19 pm

JAKARTA-Neraca perdagangan mengalami surplus USD 304,9 juta pad Maret 2013. Surplus ini disebabkan oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 1,1 miliar. “Penurunan defisit perdaganan nasional selama Q1 2013 ini disebabkan oleh besarnya surplus perdagangan nonmigas yang mencapai USD 3.124,8 juta, sementara neraca perdagangan migas mengalami defisit mencapai USD 3.192,3 juta,” kata Wakil Menteri Perdagangan RI, Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Kamis (2/5).

Dijelaskan Bayu, sementara neraca perdagangan migas mengalami defisit USD 0,8 miliar. Defisit perdagangan migas dipicu oleh tingginya permintaan impor minyak mentah yang mengalami kenaikan 65,6% menjadi USD 1,2 miliar. “Dengan demikian, defisit neraca perdagangan Indonesia selama Januari-Maret 2013 mengalami penurunan menjadi USD 67,5 juta dari USD 372,4 juta pada periode Januari-Februari,” ujarnya.

Lebih jauh Bayu menjelaskan kinerja ekspor Maret 2013 mengalami penguatan meskipun masih tumbuh negatif. Ekspor bulan Maret 2013 mengalami penurunan hanya 0,08%, lebih rendah dari penurunan bulan-bulan sebelumnya yang mencapai 2,3% dan 0,12%. Ekspor bulan Maret 2013 mencapai USD 15 miliar, terdiri dari ekspor migas sebesar USD 2,9 miliar dan ekspor nonmigas USD 12,4 miliar. Dengan demikian, ekspor Indonesia selama Q1 2013 mencapai USD 45,4 miliar, turun 6,4% YoY. “Permintaan global terhadap produk nonmigas Indonesia masih mengalami peningkatan, namun nilainya mengalami tekanan akibat melemahnya harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar dunia,” tambahnya

Terutama, kata Bayu lagi, Volume ekspor nonmigas pada Q1 2013 masih mengalami peningkatan sebesar 16,1% sementara nilainya mengalami penurunan sebesar 3,3%. Beberapa produk Indonesia yang mengalami fenomena serupa antara lain sawit, karet dan produknya, mesin, batu bara, produk kimia, dan kertas.

Muatan impor dalam produk ekspor Indonesia relatif rendah pada sektor primer dan makanan, namun demikian Indonesia masih memiliki koneksi yang baik terhadap rantai nilai tambah industri global seperti industri mesin, elektronik dan tekstil. Negara tujuan ekspor nonmigas yang memiliki pencapaian nilai ekspor terbesar selama Q1 2013 secara berurutan adalah China dengan nilai sebesar USD 5,1 miliar, Jepang (USD 4,1 miliar),  Amerika Serikat (USD 3,8 miliar), India (USD 3,2 miliar), Singapura (USD 3,0 miliar), Malaysia (USD 1,9 miliar), Korea Selatan (USD 1,6 miliar), Thailand (USD 1,4 miliar), Belanda (USD 1 miliar), serta Filipina (USD 1 miliar). Sepuluh pasar ekspor utama tersebut berkontribusi sebesar 69,7% dari total ekspor nonmigas.

Nilai ekspor ke beberapa negara emerging market mengalami kenaikan yang signifikan. Nilai ekspor ke Brunei mengalami kenaikan terbesar, mencapai USD 55,8 juta atau tumbuh 222,3%. Disusul urutan berikutnya yaitu Myanmar, Ghana, Aljazair, Pakistan, Kamboja, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Selandia Baru yang mengalami kenaikan lebih dari 10%. Nilai ekspor komoditas utama yang masih mengalami kenaikan antara lain TPT (0,3%); sawit 8,9%; alas kaki (9,5%), otomotif (2,7%) dan kopi (42,8%). Sementara itu, nilai ekspor komoditas potensial yang juga mengalami kenaikan yaitu kulit dan produk kulit naik 30,5%; peralatan medis naik 37,1%; tanaman obat naik 63,7%; makanan olahan naik 5,0%; dan kerajinan naik 3,3%. **can

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hendardi: Isu PKI Bangkit, Itelijen TNI dan Polri Tidak Bekerja

JAKARTA-Propaganda tentang kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan mengaitkan sejumlah

Kunjungan Wisman Juli 2015 Naik 4,76%

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)