Ngatawi: Hanya Bangsa ‘Monyet’ Yang Tak Suka Pancasila 

Sunday 2 Jun 2019, 2 : 29 pm
by

JAKARTA-Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menegaskan peran tokoh-tokoh Islam serta kiai didalam pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara tidak dapat dinafikan. Bahkan Pancasila adalah hadiah terbesar umat Islam kepada bangsa Indonesia demi terjaganya persatuan dari Sabang hingga Merauke.

“Pancasila itu mutiara Indonesia yang tidak bisa diabaikan. Hanya bangsa kera (monyet_ yang tidak suka dengan Pancasila,” kata Zastrouw, dalam dialog membumikan Pancasila, sekaligus deklarasi Gerakan Pembumian Pancasila (GPP), di Tugu Proklamasi, Sabtu (1/6). 

Menurutnya, Pancasila sebagai dasar negara sudah final. Hal itu telah disepakati sejak negara Indonesia diproklamirkan.

“Bagi nasionalis Pancasila kebangsaan yang religius. Bagi umat Islam Pancasila kebangsaan yang bertauhid karena ada sisi ketuhanan yang maha esa atas dasar Pancasila itu didirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelas Ma’ruf.

“Jadi Pancasila itu bukan thogut. Ini kesepakatan sama sama saudara sebangsa setanah air. NKRI negara kesepakatan,” imbuhnya.

“Kalau ada yang menyebut Pancasila dengan sebutan thogut maka saya pastikan itu paham yang salah atau salah paham sekelompok Islam radikal,” tegasnya. 

Dia menegaskan, Pancasila adalah kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama yang tidak bertentangan.

“Media sosial sudah dikotori sampah-sampah informasi yang ingin mereduksi nilai-nilai Pancasila dengan pahah radikal,” tambah mantan ajudan pribadi Presiden Republik Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid ini. 

Zastrouw mengingatkan masyarakat agar membentengi Pancasila dari paham radikal. Sebab faktanya, paham islam radikal dan intoleran beranak pinak di 10 penguruan ternama di Indonesia. Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nilai-nilai kebangsaan.

“Jika ini tidak diantisipasi, maka akan membahayakan kehidupan berbangsa. Negara harus hadir dalam menghadapi ancaman islam radikal dan intoleran,”ujarnya. 

Di tempat yang sama, mantan aktivis Hizbut Thahrir Indonesia (HTI) Ir, Eni Daniarti menyebut, gerakan radikal sudah masuk dan mengakar di kampus-kampus ternama di Indonesia. 

“Di kampus para mahasiswa ingin Indonesia berdasarkan ideologi khilafah, dan Pancasila tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hingga akhirnya membuat saya berubah bahwa Pancasilalah ideologi yang dapat merekatkan bagi bangsa ini,” ujar alumni IPB ini. 

Ketua Umum Gerakan Pembumian Pancasila Dr, Antonius Dieben Manurung menegaskan, Presiden Joko Widodo harus tegas terhadap pemahaman Islam radikal dan intoleran. 

“Setelah HTI dibubarkan, bukan hanya berhenti disitu, tetapi harus membumikan Pancasila kepada elemen-elemen masyarakat, dengan membentuk gerakan ideologi,”tegas alumni GMNI itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Serap Produk Lokal, Kemenperin Pacu Daya Saing Industri Alkes Nasional

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri alat kesehatan (Alkes)

Para Capres Takkan Bisa Nasionalisasi Perusahaan Asing

JAKARTA – Para capres yang akan memimpin Indonesia ke depan diprediksi