JAKARTA-Nilai tukar rupiah selama perdangan sepekan melemah tipis karena ekspektasi positif atas data tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS).
Membaiknya data ini memuluskan skenario penarikan stimulus The Fed pada September 2013. “Positifnya data-data tenaga kerja AS ini menunjukkan adanya perbaikan ekonomi di AS,” ujar Kepala Divisi Treasury BNI, Nurul Eti Nurbaeti di Jakarta, Jumat (5/7).
Menurut dia, membaiknya data tenaga kerja ini semakin menguatkan alasan The Fed untuk mulai mengurangi stimulus keuangannya sehingga investasi asing di negara-negara berkembang termasuk Indonesia diperkirakan akan turun.
“The Fed telah memberikan petunjuk bahwa pengurangan stimulus akan dilakukan ketika tingkat pengangguran turun ke 7 persen dan stimulus dihentikan pertengahan tahun depan,” imbuh dia.
Lebih lanjut dia mengatakan ruang bagi penguatan rupiah menjadi terbatas setelah mata uang euro melemah akibat respon negatif pelaku pasar terhadap komentar Presiden ECB Mario Draghi.
Krisis politik pascapengunduran diri Menteri Keuangan dan Menteri Luar Negeri yang menimpa Portugal menyebabkan seluruh kawasan zona euro menjadi berisiko dan memicu kekacauan di pasar obligasi lagi. Hal ini dikombinansikan dengan data ekonomi yang variatif.
Kondisi ini makin menekan rupiah karena investasi asing yang keluar dari bursa saham domestik nilainya cukup besar. “Dan ini menambah sentimen buruk bagi nilai tukar rupiah,” imbuh dia.
Sedangkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ternyata tidak berpengaruh signifikan saat ini meski terdapat potensi berkurangnya impor minyak jika demand BBM menurun.
Kendati demikian, fluktuasi nilai tukar masih dalam kisaran tipis seiring komitmen Bank Indonesia (BI) yang senantiasa berada dipasar uang menjaga rupiah.
Fokus pelaku pasar masih tertuju pada Rapat Dewan Gubernur BI pada 11 juli 13 nanti. “Maraknya aksi jual saham oleh asing terus menekan rupiah tetapi dapat diredam oleh BI,” pungkas dia.
Pengaruh Data Pengangguran AS
