Permintaan Dunia Atas Produk Furnitur Mencapai USD 163,2 Miliar

Tuesday 29 Sep 2015, 9 : 31 pm
by
Dirjen PEN Kemendag, Nus Nuzulia Ishak

JAKARTA-Industri furnitute Indonesia harus terus melakukan inovasi agar maju dan berkembang sehingga mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain. Hal ini sangat penting mengingat permintaan dunia atas produk furnitur sangat tinggi dengan nilai USD 163,2 miliar.

Data Kementrian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan tren pertumbuhannya sangat positif yaitu sebesar 7,76% dalam lima tahun terakhir. Dari total ekspor furnitur dunia ini, Indonesia baru mampu menyuplai 1,09% (2014) sehingga menempatkan Indonesia di posisi ke-19 dunia. Sementara Vietnam sudah menyuplai 3,68%, dan Malaysia 1,50%. “Ini tantangan industri furnitur kita. Tidak ada cara lain kita harus meningkatkan daya saing produk dengan memanfaatkan era keterbukaan dan kebutuhan dunia atas produk berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak pada peluncuran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2016 di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (29/9).

Kemendag terus berupaya mendorong ekspor mebel nasional dengan mendukung pameran IFEX 2016 dan Interior and Decoration Expo (InterDex) 2016 yang diselenggarakan secara paralel. IFEX 2016 akan diselenggarakan pada 11-14 Maret 2016 di Jakarta International Expo. Sedangkan InterDex 2016 yang lebih menyasar pembeli lokal akan diselenggarakan pada 12-20 Maret 2015 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD Tangerang.

Dia menegaskan pameran promosi produk furnitur akan menjadi pendorong tumbuhnya inovasi nasional. “Inovasi dan kreativitas dapat mendorong terciptanya produk-produk unggulan yang memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar global. Kita harus membangun citra positif di tingkat internasional bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil produk mebel dan kerajinan terbaik di dunia,” jelas Nus.

Dalam setahun terakhir sektor furnitur mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,18% dengan total nilai ekspor pada 2014 sebesar USD 1,78 miliar. Tujuan ekspor utama Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Korea Selatan, dan Taiwan. Untuk periode Januari-Juli 2015 nilai ekspor produk furnitur mencapai USD 1,01 miliar, mengalami penurunan 4,38% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara pertumbuhan positif juga dialami produk kerajinan Indonesia, yang setahun terakhir mengalami kenaikan 3,76% dengan total nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada 2014 mencapai USD 694 juta, dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Inggris, Jerman, Belanda, Korea Selatan, Australia, Prancis, dan Singapura. Pada periode JanuariJuli 2015, nilai ekspor kerajinan mencapai USD 406 juta, atau meningkat 0,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bantalan Ekonomi

Nus menegaskan industri mebel dan kerajinan nasional merupakan bantalan ekonomi yang kuat saat krisis ekonomi seperti saat ini. “Industri ini telah menjadi jalan keluar dalam penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.

Industri ini tetap eksis dan menghasilkan devisa di saat industri lain terkena imbas krisis karena didukung local content yang cukup besar. Ditambah semakin kondusifnya iklim investasi, diharapkan pertumbuhan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional dapat terus meningkat dalam lima tahun ke depan. “Ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar, dan revitalisasi teknologi dalam industri furnitur dan komponen furnitur di Indonesia harus mampu meningkatkan kinerja sektor mebel dan kerajinan,” kata Nus optimistis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

PPIK: Indonesia Harus Semakin Aktif Jadi Juru Damai Korea

JAKARTA-Delegasi Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara (PPIK) akan menghadiri peringatan 70

Hindari Masalah, Masyarakat Mesti Jaga Reputasi Kredit

JAKARTA-Masyarakat diminta menjaga reputasi kreditnya sehingga ke masa depan tetap