Pertemuan IMF-World Bank, Pebisnis Berharap Ada Capital Inflow

Thursday 11 Oct 2018, 5 : 20 pm
Pengamat Ekonomi INDEF, Enny Sri Hartati

JAKARTA-Pelaku bisnis sangat berharap ada dampak dari Annual Meeting IMF-World Bank di Bali. Setidaknya bisa membuat capital inflow ke Indonesia. Sehingga dampak jauhnya memberi pengaruh positif untuk rupiah.

“Tentu kita harapkan dampaknya untuk Indonesia, bukan sekedar cipika-cipiki antar Gubernur Bank seluruh dunia,” kata Direktur eksekutif INDEF Enny Sri Hartati di Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Namun, kata Enny, pihaknya tak sepakat jika dikatakan pertemuan tersebut hanya hura-hura. Karena memang sudah lama dijadwalkan. Apalagi ini hajat negara. “Saya tidak setuju, yak kalau dikatakan lebay,” tegasnya.

Yang penting, lanjut Enny, dalam jangka pendek ini pertemuan itu bukan sekedar seremoni. Namun harus menghasilkan kesepakatan bersama atau protokol menghentikan perang dagang antara Amerika dan China. “Setidaknya membuat investor main percaya dengan Indonesia. Sehingga menahan capital outflow,” paparnya.

Malah, ujarnya, pertemuan itu harus bisa membuat protokol menekan kekuatan Amerika Serikat dan China, sehingga negara-negara berkembang yang tergabung dalam IMF tidak tertekan terus oleh dollar AS. Sementara untuk Indonesia sebagai tuan rumah, harus diaparesiasi karena mendapat kepercayaan dunia atas berbagai pertimbangan. Selain pertimbangan keamanan dan lain-lain yang tidak mudah dimiliki negara lain.

Hanya saja manfaat atau feedback dari pertemuan itu secara ekonomi harus didapatkan secara konkret. Sehingga tak terkesan hanya seremoni. “Selama ini saham IMF terbesar adalah AS, dan negara anggota cenderung mengikuti kebijakan IMF. Karenanya keberanian untuk menghasilkan kesepakatan menekan AS harus dilakukan. Kalau tidak, krisis global seperti sekarang ini akan terus terjadi,” jelas Enny.

Bisa dibayangkan, Turki yang semula ekonominya bagus, tapi karena tidak mendapat dukungan AS, tiba-tiba Lira-nya anjlok. “Inilah yang membuat dunia tidak tenang dan krisis global akan terus tak menentu. Untuk itu pertemuan IMF di Bali harus berani menekan AS,” ungkapnya.

Artinya, Indonesia harus mempunyai bergaining position dalam pertemuan IMF tersebut. Sebab, sebagai anggota G-20, kedudukannya sama. Sehingga pertemuan IMF di Bali ini bisa dimanfaatkan untuk menaikkan bergaining position Indonesia. “Kalau tidak, maka dalam kasus minyak sawit yang disebut tak lolos uji lingkungan tak bisa berbuat apa-apa. Jadi, kita jangan terus-menerus dikangkangi IMF,” ungkapnya.

Selain itu, dengan bergaining position tersebut kata Enny, kekhawatiran dollar AS terus menguat menjadi Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu bisa hilang.“Kalau kita dipercaya,convidence, dan memiliki bergaining position tak akan khawatir terhadap dollar AS,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

SDC Fokus Kembangkan UMKM Terdampak Covid-19

BEKASI-Ditengah Pandemi Covid-19 Skill Development Centre (SDC) Kota Bekasi menggelar

Relokasi Pabrik Minimal Butuh Rp400 Miliar

JAKARTA-Beberapa pengusaha sudah memikirkan untuk memindahan (relokasi) pabrik keluar Jabodetabek.