Perum Bulog Akhirnya Beli Jagung Impor 445.500 Ton

Sunday 31 Jan 2016, 10 : 46 pm
by
ilustrasi jagung impor/dok pertaniantoday.com

JAKARTA-Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong memfasilitasi pertemuan yang menghadirkan Dirut Perum Bulog, para peternak skala UMKM mandiri, Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), sekaligus importir jagung guna menekan agar kenaikan harga ayam tak berlanjut.

Hasilnya disepakati impor jagung sebanyak 445.500 ton yang saat ini tertahan di sejumlah pelabuhan di Medan, Semarang, Banten, dan Jawa Barat akan dibeli Perum Bulog. Jagung impor ini harus segera disalurkan ke peternak yang membutuhkan jagung sebagai bahan baku pakan ternak.

Hal ini diharapkan dapat mengakhiri ketidakpastian mengenai kelanjutan dari impor jagung yang sebagian telah memasuki pelabuhan wilayah Indonesia tersebut. “Sudah disepakati pembelian atau pengalihan sebanyak 445.500 ton dari beberapa importir ke Perum Bulog. Kemendag juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar jagung impor yang tertahan di sejumlah pelabuhan tersebut dapat keluar dan dibeli oleh/dialihkan ke Perum Bulog. Saya harapkan melalui cara ini akan mampu menurunkan kenaikan harga jagung pakan dan akan mengurangi dampaknya terhadap kenaikan harga daging ayam yang saat ini masih terjadi,” tegas Mendag Tom usai pertemuan, di Jakarta, minggu lalu.

Harga daging ayam mengalami kenaikan cukup signifikan di sejumlah daerah. Harga daging ayam rata-rata nasional saat ini Rp33.237 per kg, naik Rp4.452 atau 15,46% dari Oktober 2015 sebesar Rp28.785 per kg. Penyebab kenaikan ini diduga akibat harga pakan ternak, antara lain jagung yang pasoknya kurang dan susah diperoleh. Jagung merupakan komponen dominan dalam pakan ternak (50%).

Perum Bulog dan pelaku usaha sangat menghargai inisiatif dan langkah Mendag yang mampu menjadi penengah sehingga berbagai pihak dapat mencapai kesepakatan dimana jagung dapat mencapai wilayah RI dan peternak ayam bisa mendapatkan kepastian pasokan bahan baku pakan untuk usaha peternakan ayam dan telurnya.

Menurut catatan Kemendag, sejak November 2015 hingga Januari 2016, harga jagung naik hingga 100%, dari Rp3.000 menjadi Rp6.000. Kenaikan harga jagung ini diduga akibat seretnya pasokan jagung ke industri pakan ternak. Permintaan jagung dari industri pakan ternak tetap tinggi.

Menurut Tom, demikian Mendag akrab disapa, kenaikan harga jagung untuk pakan ternak akhir-akhir ini mengindikasikan adanya kekurangan pasokan atau terjadi kelangkaan.

Neraca produksi jagung hanya menggambarkan kondisi ketersediaan jagung tanpa melihat jenis dan kebutuhan penggunanya, padahal terdapat perbedaan spesifikasi/jenis jagung yang akan dipergunakan untuk pakan, konsumsi ataupun keperluan industri lainnya. Jagung lokal dengan spesifikasi kebutuhan pakan sebenarnya tersedia namun lokasinya di daerah-daerah yang terpencar dan tidak berdekatan dengan lokasi pabrik pakan. “Sejak November silam, pemerintah telah melakukan rapat koordinasi terbatas antarkementerian untuk mengantisipasi meroketnya harga jagung ini,” ujarnya.

Kemendag saat ini belum mengatur tata niaga impor jagung (dibebaskan). Itu artinya perdagangan ekspor impor maupun perdagangan di dalam negeri tidak ada hambatan.

Impor jagung hanya mengikuti ketentuan prosedur kepabeanan dan karantina dalam rangka keamanan pangan. “Ke depan, kebijakan tata niaga dan ketersediaan jagung akan diatur secara komprehensif, bukan hanya untuk kepentingan sesaat tetapi menyeluruh serta seimbang antara kepentingan produsen/ petani, pedagang, dan peternak sebagai konsumen jagung,” tegas Mendag.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hingga triwulan III 2021, realisasi Penerimanaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor tambang sudah mampu mencapai Rp49,67 triliun atau 127% melebihi dari yang ditargetkan pemerintah di tahun 2021, yaitu Rp39,1 triliun

Lampaui Target 127%, PNBP Sektor Tambang Capai Rp49,67 Triliun

JAKARTA-Lonjakan harga komoditas tambang dalam belakangan terakhir turut berdampak positif
Sawit telah memperoleh konsesi lahan dalam jumlah sangat luas. Lebih dari 13 juta hektar

Pertamina Kena Masalah Timbunan Utang, PLN Ikut Dijual Ketengan

Tak ketinggalan aset pembangkit panas bumi PLN (PLTP) ikut dicomot