Presiden Diminta Reshuffle Menristekdikti

Thursday 21 Jul 2016, 9 : 54 pm
by
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir

JAKARTA-Indonesia Bureaucracy and Service Watch (IBSW) meminta Presiden Joko Widodo memasukan nama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasirdalam daftar reshuffle kabinet jilid II. Hal ini terkait intervensi Menteri Nasir dalam persoalan Universitas Trisakti yang pada akhirnya justru memperkeruh suasana di kampus swasta tertua di Indonesia. “Kami mendengar pembicaraan Menteri Nasir dalam sebuah rapat tertutup dengan Yayasan Trisakti. Disitu terdengar jelas, Menteri ikut merancang skenario mengobok-obok Usakti,” ujar Koordinator IBSW, Nova Andika di Jakarta,  Kamis (21/7/2016).

Lembaga Pemantau Birokrasi dan Pelayanan Publik Indonesia ini menilai Menristekdikti tidak kredibel dan kurang memahami masalah yang terjadi kampus reformasi ini. Bahkan campur tangan Menteri Nasir sudah terlalu jauh. Termasuk menempatkan rektor pilihannya tanpa melalui prosedur yang benar. Padahal, Menteri Nasir harus menjadi penengah yang baik. “Sejak Menristekdikti menghadiri pelantikan Rektor versi Yayasan Trisakti, Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT),Universitas Trisakti tidak lagi bisa dibuka dan diakses oleh mahasiswa dan civitas akademika,” tegas Nova.

Padahal sebelumnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Menteri Nasir mengaku tidak memblokirnya, tetapi hanya memindahkan user IDnya saja.

Bantahan Menteri Nasir jelas-jelas bentuk kebohongan publik di hadapan lembaga tinggi negara. Karena faktanya, PDPT Usakti memang “blokir”. Jawaban Menteri ini sebuah kebohongan di hadapan forum wakil rakyat dan itu juga telah mendegradasi lembaga tinggi negara,” tegasnya.

Nova mengatakan, “kebohongan’ Menteri Nasir ini bentuk pelecehan serta penghinaan terhadap DPR yang terhormat. “Karena nyatanya banyak aduan dari mahasiswa yang kami terima tentang PDPT yang tidak bisa di akses, bahkan aduan tentang Hibah Usakti pun diblok oleh Menristekdikti,” tandas Nova.

Sebelumnya, dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menristekdikti di Gedung DPR Senayan Jakarta Kamis (21/7) dengan agenda pembahasan Pagu Indikatif tahun 2017, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Nasyirul Falah Amru secara kritis mengajukan pertanyaan kepada Menteri Nasir.

Pertanyaan ini terkait dengan minimnya peran Perguruan Tinggi Swasta dalam menghasilkan kajian serta penelitian ilmiah. Hal ini berbanding terbalik dengan Perguruan Tinggi Negeri/PTN seperti UI dan ITB yang sudah menghasilkan karya lewat research ilmiah.
Hal ini semestinya menjadi perhatian Menristekdikti. Apalagi, pada tahun 2016 ini, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi diberlakukan.

Integrasi kawasan ini jelasnya mengharuskan keterbukaan terhadap negara-negara di Asean, termasuk di dunia pendidikan. Untuk itu, penciptaan peran perguruan tinggi yang penuh dengan daya saing, daya cipta dan kreativitas sangat penting. “Saya mendapat informasi, bahwa Kementerian yang Saudara pimpin disinyalir telah memblokir PDPT, menghambat Hibah Penelitian serta Hibah Pengabdian Masyarakat yang diperuntukkan kepada salah satu Perguruan Tinggi Swasta/PTS (Universitas Trisakti, di Grogol, Jakarta Barat), sehingga mengakibatkan turunnya daya saing  perguruan tinggi serta terhentinya proses dan kegiatan riset ilmiah bagi para sivitas akademika”, tegas Falah Amru.

Anehnya, Pemblokiran tersebut dilakukan Menristek Dikti hanya karena Civitas Akademika Usakti menolak Rektor titipan Menristekdikti yang dilantik oleh Yayasan Trisakti tanpa melalui prosedur tetapi Menristek Dikti malah merestui dan menghadiri pelantikan tersebut. “Saya kira, pak Menteri nggak usah terlalu larut mencampuri urusan Usakti ini. Pekerjaan pak Menteri kan sangat banyak,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pengusul Pansus Kabut Asap Bertambah

JAKARTA-DPR berharap rapat paripurna DPR RI bisa menetapkan anggota Panitia

Brigjen TNI Herianto Syahputra: Jadilah Pahlawan Bukan Pengkhianat

BOGOR-Kemerdekaan Indonesia bukan sebuah hadiah cuma-cuma yang diberikan bangsa lain