Presiden Minta BMKG Beli Alat Sistem Peringatan Dini

Monday 24 Dec 2018, 11 : 11 pm
by
Presiden Jokowi meninjau posko penanggulangan bencana tsunami, di Pandeglang, Banten, Minggu (24/12) pagi.

BANTEN-residen Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, pola bencana tsunami di Selat Sunda terjadi di luar perkiraan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga masyarakat tidak memiliki kesiapan untuk menyelamatkan diri.

Kepala Negara menyebutkan, biasanya peringatan akan potensi terjadinya tsunami dapat dikeluarkan dengan terlebih dahulu menganalisis secara cepat data gempa yang sebelumnya terjadi. Namun, tidak demikian halnya kali ini yang tanpa didahului oleh peristiwa gempa.

“Ke depan saya sudah perintahkan juga ke BMKG untuk membeli alat-alat early warning system yang bisa memberikan peringatan-peringatan secara dini kepada kita semua sehingga masyarakat bisa waspada,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan di sela-sela peninjauannya ke beberapa lokasi terdampak bencana tsunami, di Pandeglang, Banten, Minggu (24/12) pagi.

Mengenai banyaknya jumlah korban yang ditimbulkan dari bencana tsunami di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam, Presiden Jokowi mengaku telah menginstruksikan jajaran terkait untuk memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan.

Upaya ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan pengetahuan sejak dini terkait kebencanaan sehingga dapat meminimalisir jumlah korban.

“Sudah saya perintahkan (memasukkan pendidikan kebencanaan ke kurikulum),” sambung Presiden.

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM, dalam siaran persnya Minggu (22/12) menyebutkan, tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material Gunung Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor selatan dan barat daya.

“Masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berperan,” tulis siaran pers itu.

Menurut PVMBG, tsunami yang terjadi adalah kasus yang spesial dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian partial collapse pada suatu gunungapi.

Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar G. Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan.

Hingga saat ini, lanjut PVMBG, erupsi G. Anak Krakatau masih berlangsung menerus. Untuk ituPVMBG mengimbau masyarakat di pesisir barat Banten dan pesisir selatan Lampung agar tetap waspada, dan untuk sementara waktu tidak beraktivitas di wilayah yang terlanda tsunami hingga kondisi memungkinkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hirmawan Hariyoga Djojokusumo

Bappenas: Rencana Pemindahan Ibu Kota Sudah Dikaji Sejak 2017 Ba

JAKARTA-Rencana pemindahan ibu kota negara, dari Jakarta ke wilayah antara

OJK Dorong Penerapan GCG Pada Emiten

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan training di bidang good corporate