Presiden RI dan PM Singapura Sepakat Perpanjang Kerja Sama Keuangan Bilateral Bank Sentral

Wednesday 9 Oct 2019, 11 : 08 pm
by
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong

SINGAPURA-Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong telah menyepakati untuk memperpanjang kerja sama keuangan bilateral antara Bank Indonesia (BI) dan Monetary Authority of Singapore (MAS). Kesepakatan tersebut dilakukan pada saat Leaders Retreat antara Pemerintah RI dan Singapura Selasa (8/10).

Kedua kepala negara mengharapkan agar BI dan MAS dapat segera menindaklanjuti kesepakatan tersebut dan memastikan agar kerja sama keuangan antara BI dan MAS dimaksud dapat diperpanjang 1 tahun ke depan sebelum berakhirnya perjanjian.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menjelaskan saat ini kerja sama keuangan yang dimiliki antara BI dan MAS adalah kerja sama Local Currency Bilateral Swap Arrangement (LCBSA) dan kerja sama Bilateral Repo Line (BRL), yang masing-masing ditandatangani pada tanggal 5 November 2018 dengan masa berlaku 1 tahun.

“Dengan demikian, kerja sama LCBSA dan BRL tersebut akan berakhir ‪pada tanggal 5 November 2019‬. Kerja sama LCBSA memungkinkan dilakukannya pertukaran mata uang lokal antara kedua bank sentral dengan total nilai mencapai ekuivalen USD 7 miliar (SGD9,5 miliar atau Rp100 triliun),” ulasnya.

Sementara itu, kerja sama BRL antara BI dengan MAS senilai USD 3 miliar merupakan kerja sama repo bilateral yang dilakukan dalam rangka memperdalam kerja sama moneter di kawasan. ‬‬

Kerja sama LCBSA dan BRL antara BI dan MAS tersebut merupakan realisasi dari komitmen kedua kepala negara untuk memperkuat kerja sama keuangan antara Indonesia dan Singapura dalam rangka mendukung stabilitas moneter, dan pendalaman pasar keuangan.

“Penguatan kerja sama antarnegara yang terus diperkuat oleh Indonesia diharapkan dapat mendukung ketahanan ekonomi bangsa,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jasmerah merupakan pesan yang masih sangat relevan sampai saat ini. Karena para elit bangsa Indonesia cenderung meninggalkan sejarah. Melupakan sejarah.

Inflasi Global, Quantitative Easing dan Potensi Resesi 2022

Oleh: Anthony Budiawan Inflasi di berbagai negara meningkat tajam, menebar

Program Stimulus Restrukturisasi Kredit COVID-19 Berakhir

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa industri perbankan