Selesai Cuti, Ahok Bereskan Banjir di Kampung Kandang

Tuesday 3 Jan 2017, 1 : 40 pm
by
Gubernur Petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama

JAKARTA-Lagi-lagi permasalahan pemukiman padat yang dijumpai Basuki Tjahaja Purnama adalah banjir karena saluran air yang tak berfungsi dan pembangunan rumah yang begitu pesat tetapi tidak bersamaan dengan pembuatan  saluran air yang memadai.

Jadi wajar ketika hujan turun air merendam Kampung Kandang yang bersebelahan dengan kawasan  Berikat Nusantara terendam hingga pundak orang dewasa, ujar Basuki Tjahaja Purnama. Di perkampungan ini saluran airnya tidak baik dan tidak ada tempat yang lebih rendah untuk menampung buangan airnya, “ini sudah salah semua makanya akan kita bongkar dan kita siapkan rumah susun dan akan kita awasi dengan ketat agar rumah susun tidak dijual, karena begitu bagus rumahnya,” imbuh Basuki di hadapan para pekerja media cetak, elektronik dan on-line dipinggir lapangan Kampung Kandang Senin, 2 Desember 2017.

Untuk mengatasi saluran air Basuki akan menghubungi dinas tata air untuk membuat waduk penampungan air dan kepada pihak swasta di dorong untuk membeli tanah yang berada di kawasan pemukiman Kampung Kandang.

Menurut Basuki, yang menjadi kendala adalah jenis tanah di Jakarta Utara yang lebih banyak lumpurnya ketimbang tanah yang berada di Jakarta Selatan. “Kesulitannya adalah menggunakan alat berat untuk mengeduk tanah dijadikan danau. Ini jelas berbeda dengan tanah di wilayah Jakarta Selatan yang padat. Ini akan menjadi periotas kita untuk segera kita realisasikan pembangunannya setela cuti saya selesai,” jelas Basuki lebih jauh.

Menjawab pertanyaan soal rencana Basuki akan mengambil trayek angkutan laut dari kawasan pulau Seribu – Jakarta PP, menurutnya bahwa sejak tahun 2015 sudah meminta kepada TransJakarta supaya mengubah jenis usaha salah satunya adalah angkutan laut.

Sabuk Nusantara

“Makanya sejak tahun lalu pun orang dari pulau seribu ke Jakarta, naik TransJakarta gratis. Dan kita juga sudah luncurkan satu setengah tahun yang lalu kapal angkutan laut dengan nama ‘Sabuk Nusantara’ dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Saya akan menambahkan satu lagi supaya setiap pagi kapal ini berangkat bersamaan dari Kepulauan Seribu ke Jakarta dan begitu juga sebaliknya dalam jam yang bersamaan. Kapal Sabuk Nusantara ini penting meskipun kecepatannya standar, karena dia mengangku berbagai jenis barang lima rupiah per kilogram,” terangnya. ahok-semper-2

Di tengah blusukannya ke gang-gang sempit perkampungan kumuh tersebut, Basuki menghadapi penolakan oleh sekelompok remaja yang tidak memakai atribut salah satu ormas manapun, tampak di antaran beberapa lelaki muda dan tua mengenakan kopeah putih. Awalnya di satu lorong ketika blusukan sudah tiga perempat jalan, tetapi saat doorstop dengan sejumlah awak media di pinggir lapangan terbuka di mana pada sebelah utaranya tengah dibangun rusun. Sekelompok remaja tersebut kembali meneriakan penolakannya. Tetapi kali ini ditimpali oleh puluhan orang yang mengelilingi Basuki mulai dari anak, remaja, tua dan muda, baik lelaki dan perempuan dengan ucapan “Ahok…Ahok…Ahok,” sambil mengacungkan dua jari tinggi-tinggi. Para pendemo yang posisinya hanya berjarak seratus meter teriakan penolakannya tidak bisa mengalahkan teriakan  “nomor dua….nomor dua….nomor dua….”.

Mendengar itu Basuki tak terganggu, hanya menengok sebentar ke arah pendemo terus melanjutkan kembali pembicaraannya dalam menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh awak media. Ketegangan tak tampak dari raut wajahnya. Basuki nampak tertawa dari celah kaca jendela  mobil yang terbuka yang membawanya pergi meninggalkan lokasi sambil menatap para pendemo yang menolak kehadirannya yang dengan teriakan penolakannya mengiringi kepergiannya menuntaskan kerja blusukannya ke Kampung Kandang, Semper Barat, sore jam 17.15 WIB.

‘Pengadang Orang Tak Jelas’

Ina, 29 th, melihat kelakuan dari sekelompok remaja yang di damping para lelaki berkopiah putih mengatakan bahwa mereka adalah sekelompok orang yang tidak jelas. Orang-orang yang tidak tahu berterima kasih. “Mereka tidak sadar kalau KJP, BPJS, itu semua karena Bapak Ahok, kalau bukan dia tidak mungkin kita seperti ini dapat merasakan sesuatu yang serba geratis,” ucap Ina.

Menurut perempuan muda dua anak yang bersuamikan seorang pekerja Cleaning Service di Pusat Pertokoan Kelapa Gading ini, bahwa ketika 2012, saat Basuki berpasangan dengan Jokowi di Kampung Kandang ini suaranya mencapai 70 persen. “Saya tidak ambil pusing soal isu penistaan agama dan gak peduli saya akan tetapi memilih Ahok. Orangnya baik, kerjanya bagus, banyak warga yang miskin ditolong,” ucap Ina lagi. ahok-semper-3

Sependapat dengan Ina, I Gusti Agung Amara, 37 tahun, mengatakan bahwa menjatuhkan pilihannya pada pasangan Basuki Djarot karena kinerja Basuki yang bagus dan orang-orang kelas bawah sejahtera. “Kalau soal kasus penistaan agama saya tidak percaya, ini masalah politik,” tegas lelaki yang lahir di Jakarta dari kedua orang tua asal Karangasem, Bali. “Insya Allah tanggal 15 Febuari 2017 saya akan mencoblos Ahok bersama istri saya dan tetangga-tetangga saya. Jika Ahok menang tentunya tempat saya tinggal yang masih banjir walau hanya dalam waktu dua jam tidak akan banjir lagi. Tetapi kalau sampai kalah, tempat saya akan terus banjir dan tidak tahu kapan akhirnya, “ujar lelaki yang memeluk islam semenjak 13 tahun lalu ketika mengawini perempuan asal Jakarta bernama Latifah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Menkes: Ancaman Pandemi Penyakit Susah Dibendung

JAKARTA-Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moelek mengatakan penyebaran penyakit menular

Jangan Gunakan Isu Rupiah untuk Kepentingan Kontestasi Politik

JAKARTA-Deputi Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf