Shinta Bubu : 6 Juta UMKM Akan Go Digital di 2020

Friday 17 Nov 2017, 4 : 05 pm

JAKARTA-Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun bahkan berpotensi menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 mendatang. Peningkatan ini seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mulai mengembangkan usaha ke ranah digital.
Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) dari PT Bubu Kreasi Perdana Shinta Witoyo Dhanuwardoyo memperkirakan transaksi e-Commercenya mencapai Rp 1.850 triliun atau naik 9 kali lipat dibanding trasaksi e-Commerce Indonesia pada 2015 lalu yang nilainya mencapai Rp 200 triliun. “Jadi, target 2020 itu, ada 6 juta UMKM go digital. Dan UMKM berkemampuan e-Commerce naik menjadi 10-12p ersen dengan kontribusi UMKM ke PDB kurang lebih 12 persen,” ujar Sintha disela-sela diskusi “’Menjahit Kembali Merah Putih” Kiat Sukses Menjalankan Bisnis Start Up di Jakarta, Jumat (17/11/2017).

Selain Shinta Bubu, diskusi ini juga menghadirkan CEO DOOgether Fauzan Gani serta Intan Fitriana Fauzi dari Menjahit Kembali Merah Putih, sebagai moderator.
Menurutnya, kontribusi sektor UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.
Data menyebutkan, sumbangan UMKM terhadap PDB pada 2015 lalu cukup besar yakni mencapai lebih dari 55,6 persen.
Angka ini disumbangkan oleh 57.9 juta UMKM di Indonesia “Dan hanya 9 persen yang memiliki kemampuqn e Commerce,” terangnya.
Dia menjelaskan, transaksi e comerce dunia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 20.2 persen per tahun.
Diperkirakan, puncak pertumbuhan e-Commerce dunia terjadi pada 2020 dengan tumbuh 40,56 persen. “Kalau dari grafik pertumbuhannya, memang cenderung meningkat. Pada 2014 lalu, tumbuh 13,36 persen, di 2015 tumbuh 15, 48, di 2016 tumbuh 19, 15, da2017 tumbuh 23, 52 persen,” terangnya.
“Dan pada 2018 nanti, pertumbuhan e-Commerce dunia mencapai 28,60 persen dan pada 2019 tumbuh 34, 18 persen dan pada 2020 diperkirakan tumbuh 40,56 persen,” terangnya.
Menurutnya, potensi usaha menengah kecil di Indonesia sangat besar. Jika kekuatan ekonomi ini diberdayakan maka bisa menjadi salah satu sumber pedapatan bagi negara.
“Pemberdayaan digital terhadap UMKM Indonesia mampu meningkatkan PDB negara hingga 7%,” terangnya.
Untuk itu, Sinta Bubu berharap inovasi digital sangat penting guna memberi ruang lebih bagi para pebisnis untuk menjangkau pasar ke seluruh nusantara bahkan luar negeri.
Apalagi, UMKM yang sudah mulai tersentuh oleh teknologi digital maningkatkan kesempatan kerja 1.5 kali dan daya inovasi hingga 17 kali,” tegasnya.
Dia mengatakan pengusaha atau founder start up harus memiliki mental kewirausahaan yang kuat dan tim yang solid.
Hal ini penting guna mengeksekusi serta mengiplementasian ide yang mereka punya agar ide tersebut menjadi bernilai bagi orang banyak.
“Berani memulai baik itu dilakukan sendiri ataupun mengajak orang lain berkolaborasi. Jangan takut melakukan inovasi dan modifikasi,” imbuhnya.
Selain itu terang Shinta Bubu, kualitas di atas kuantitas karena produk yang baik akan lebih mudah menggaet kepercayaan dari orang-orang. “Jadilah unik dan berbeda, namun tetap mempertimbangkan segmen pasar ke depan,” ucapnya.
Salah satu contohnya, Diajeng Lestari yang memulai bisnis HIJUP setelah menyadari kurangnya pilihan fashion hijab pada saat itu.
Bahkan, kini, Diajeng Lestari menjadi salah satu e-commerce fashion hijab tersukses di Indonesia yang masuk ke Islamic Fashion serta berhasil memperkenalkan fashion hijab ke mata dunia lewat New York Fashion Week. “Dan pendapatan perbulan 500 juta hingga 1 miliar rupiah,” terangnya.
Lebih lanjut, Sinta Bubu menerangkan, untuk membangun perusahaan start up berkelas dunia memang tidak mudah. Salah satu syaratnya produk yang dihasilkan harus memberikan solusi atau melayani pasar yang tepat.
“Jadi, konten lokal dengan jangkauan global serta memiliki pengguna yang konsisten dan persisten,” ujarnya.

Sementara itu, Intan Fitriana Fauzi dari Menjahit Kembali Merah Putih mengatakan start up lokal harus siap berkompetisi dengan start up asing yang masuk ke pasar e-Commerce Indonesia.
Apalagi, saat ini pelaku e-Commerce asing ini tertarik untuk masuk ke Indonesia karena negara ini merupakan pasar e-Commerce paling potensial dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa.
Untuk itu, keberadaan start up lokal harus didukung agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Salah satu syaratnya jelas Intan start up Indonesia harus memiliki produk yang bagus untuk memenuhi pasar lokal serta pasar internasional. “Start up lokal harus mampu berekspansi ke luar. Makanya,produk yang kita buat harus berkualitas Jika ada produk luar yang lebih baik, maka produk lokal akan tersisih,” ujar Intan.
Ditempat yang sama, CEO DOOgether Fauzan Gani menjelaskan membangun start up bukanlah perkara mudah.
Untuk itu, memerlukan rekanan yang dapat berjalan bersama pertumbuhan bisnis. Banyak pilihannya, bisa dengan merekrut co-founder atau menggandeng angel investor yang telah berinvestasi.
“Sebagai founder akan diuji bagaimana memimpin perusahaan yang baik, membangun budaya kerja, membina tim, hingga manajemen waktu untuk berbagai keputusan yang tepat. “Kesulitan ini akan semakin terasa bila founder belum memiliki banyak pengalaman untuk menanganinya,” terangnnya.
Doogether merupakan jaringan pusat kebugaran terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai lebih dari 12.000 orang dengan 100 studio fitness dan gym yang tersedia di platform. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK Siapkan Kebijakan Memanfaatkan Dana Tax Amnesty di Pasar Modal

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan kebijakan terkait dana repatriasi

Jokowi: Perang Dagang Munculkan Peluang Baru Bagi Indonesia

JAKARTA-Amerika Serikat (AS) dan Cina hingga saat ini masih bersitegang