Republik ini perlu petarung bukan pecundang, jangan pernah lelah berjuang. Harapan pasti ada untuk merubah agar jalannya reformasi sesuai dengan apa yang telah kita cita-citakan. Yang pernah kita suarakan dari jalanan.
Itulah prinsip perjuangan Sayed Junaidi Rizaldi, seorang aktifis mahasiswa 98 yang kini menjadi politisi Partai Hanura.
Nama Sayed atau yang sering disapa Pak Cik ini mungkin tidak setenar tokoh-tokoh besar di Partai Hanura. Namun kontribusinya demi melambungkan nama partai yang didirikan Jenderal (Purn) Wiranto itu tidak perlu diragukan.
Pak Cik terus berjuang agar Partai Hanura menjadi obor perjuangan bagi rakyat Indonesia.
Dikalangan koleganya, Pak Cik dikenal salah sebagai pemikir progresif revolusioner.
Dia tampil sebagai manusia prime mover (penggerak utama) yang bisa menerobos tembok-tembok primordial dengan sebuah visi yang kuat tentang Indonesia yang satu, utuh dan damai.
Baginya, NKRI harga mati dan sudah final. Makanya, Pak Cik selalu berjuang demi kepentingan bersama tanpa memandang latar belakang sosial, budaya dan politik.
“Prinsip perjuangan saya itu harus berada di atas semua kepentingan politik,” terangnya.
Kehadirannya di panggung politik Indonesia ibarat nyala api di tengah kegelapan, yang tidak pernah padam oleh terpaan badai. “Bangsa ini butuh pejuang dan bukan pencundang,” ujar peraih gelar S-2 di Bidang Politik di Universitas Indonesia (UI) ini.
Meski berkecimpung di dunia politik praktis, Pak Cik ternyata bukanlah berasal dari keluarga politisi.