Surat Terbuka Warga NTT Untuk Gubernur Victor Laiskodat

Wednesday 10 Jul 2019, 12 : 39 pm
by

Selamat berjumpa Bapak Gubernur Victor B. Laiskodat. Maaf, saya menggangu di tengah kesibukan Bapak bekerja keras membangun NTT. Apalagi beberapa hari lalu, saya lihat di media sosial, Bapak melakukan eksebisi dengan mantan juara dunia tinju Chris John.

Sebelum naik ring, Bapak pasti menghabiskan cukup banyak waktu untuk melatih fisik, minimal menjaga kebugaran raga. Semoga Bapak dalam keadaan sehat-sehat sehingga mampu memimpin provinsi kepulauan NTT.

Saya kira, setiap orang NTT patut mendoakan dan mendukung Bapak karena tantangan yang Bapak hadapi dalam membangun NTT, tidak ringan. Untuk membangun NTT diperlukan semangat, konsistensi, daya kreasi, pantang korupsi dan keberanian – sedikit dengan “tangan besi”. Ingat “sedikit saja”.

Saya percaya Bapak memiliki semua itu, terutama dalam keberanian. Karenanya ketika Bapak muncul dengan entakan berupa psy war bahwa Bapak akan menembak mati para pencuri di NTT, khususnya Sumba dan mematahkan kaki para pelaku trafficking, saya terperangah, kagum sekaligus menunggu bukti.

Sayangnya, sampai hari ini saya belum pernah dengar ada pencuri yang ditembak dan pelaku trafficking yang kakinya dipatahkan, sehingga kedua penyakit tersebut kian berbiak dan menjelma menjadi kanker pembunuh. Para pencuri tetap merajalela dan Pekerja Migran Indonesia asal NTT yang kembali dalam rupa mayat semakin mencengangkan. Sudah hampir 50 PMI yang pulang sebagai mayat hingga pertengahan Juli ini. Nenek 83 Tahun Kehilangan Kerbau.

Gertakan Bapak akan menembak mati pencuri itu tiba-tiba saja terngiang-ngiang di telinga saya ketika mendapati kenyataan tiga ekor kerbau Mama kami Theresia Bela yang sudah berusia 83 tahun hilang diambil pencuri dari kandang pada tanggal 7 Juli 2019 malam di Pu’u Loba, Desa Kabali Dana, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya.

Kenyataan ini sangat menyesakkan dada dan membuat Mama benar-benar menangis. Dia menangis karena kerja kerasnya selama bertahun-tahun sirna sesaat. Lantas karena rasa kehilangan itu, anak-anaknya dan sejumlah kerabat pergi ke sana ke mari untuk mencari, kalau-kalau bisa mendapatkan kembali. Dan kalau pun ketemu, tentu saja muncul persoalan lain. Sangat mungkin jatuh korban karena di satu sisi, sang pencuri pasti memertahankan. Sementara di sisi lain, pemilik akan berusaha mendapatkan kembali. Pertarungan pun akan sulit dihindari.

Bapak Gubernur Victor yang terhormat,

Kami sekeluarga adalah pekerja keras. Dan Mama kami sejak muda sampai pada usianya yang sudah sepuh, adalah pekerja sangat keras. Kami bisa bersekolah berkat kerja keras orang tua yang tidak mengenal lelah mengolah tanah dengan kemarau panjang. Kami benar-benar memahami bahwa ihwal bekerja adalah pernyataan diri sebagai makhluk bermartabat yang harus berpeluh.

Sungguh! Kami hendak mempertahankan hidup dengan kerja keras dan makan dari keringat sendiri. Dan banyak masyarakat yang berikhtiar seperti itu. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin kami yang bekerja keras sementara orang lain yang menikmati dengan cara-cara kurang ajar? Karenanya ancaman Bapak kepada pencuri tersebut kami anggap sebagai kelegaan. Ternyata hanya merupakan omong kosong kaum cerdik pandai atau yang Berhard Russel sebut sebagai intellectual rubbish.

Tabiat mencuri di tengah masyarakat sudah ada sejak saya masih kecil dan ini sangat mengganggu ketenangan batin, membunuh semangat juang atau jiwa kerja keras, bahkan nyawa masyarakat. Bagaimana mungkin, setelah bekerja keras sepanjang hari di ladang atau atau sawah yang belum karuan akan berhasil, lalu pada malam hari harus berjaga sepanjang malam agar yang diperjuangkan pada siang hari tidak dicuri atau pindah ke tangan orang lain? Ini benar-benar wow!!

Pak Gubernur, gertakan Bapak tersebut mengingatkan kami untuk menuntut keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Kami tidak meminta Bapak Gubernur untuk datang mengisi periuk nasi kami lalu kami tinggal enak-enak makan dan minum lalu tidur pulas. Tidak! Sama sekali tidak!! Kami justru merasa terhina kalau diperlakukan demikian. Yang kami mau adalah terciptanya suasana yang menjamin kerja keras kami tidak sia-sia.

Yang perlu Bapak tahu juga—atau Bapak pasti sudah sangat tahu—kalau ada yang kehilangan ternak, lalu dia berusaha mencari dan ketemu, sang pemilik harus menebus dengan nilai yang sangat tinggi, bahkan hampir setengah harga ternak itu. Ini sangat menyakitkan dan merendahkan. Cepat atau lambat, hal ini akan membuat masyarakat sangat marah.

Pak Gubernur, kami butuh ketegasan Anda! Semoga Bapak gelisah dengan keadaan rakyat Bapak yang sedang teraniaya. Jangan sampai apa pun omongan Bapak ke depan tidak bermakna apa-apa di mata rakyat. Kalau omongan seorang pemimpin tidak dianggap lagi oleh orang-orang yang dipimpinnya, inilah kegagalan seorang pemimpin. Semoga Bapak tidak sefatal itu.

Terima kasih.

Salam hormat.

EMANUEL DAPA LOKA

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Bentuk Karakter Anak, CSR BTN Menyasar Siswa SD

JAKARTA-Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memberikan motivasi

Pemegang Saham Setujui Rencana META untuk Akuisisi Jalan Tol MBZ

JAKARTA-Pemegang saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) menyetujui rencana anak