The Fed Salahkan Kebijakan Fiskal

Thursday 31 Oct 2013, 3 : 52 pm
by

JAKARTA-Keputusan the Fed Kamis dini hari (31/10) kembali menegaskan bahwa perekonomian belum cukup kuat untuk dibiarkan berjalan tanpa stimulus. The Fed kembali menyalahkan kebijakan fiskal yang terus menghambat pertumbuhan ekonomi. Walaupun mengakui bahwa performa sektor perumahan melambat dalam beberapa bulan terahkhir, the Fed menyatakan laju pemulihan masih normal dan penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikkan.

Walaupun tapering tidak dilakukan, Analis valas PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan pasar melihat the Fed tidak cukup khawatir untuk terang-terangan menyatakan penundaan tapering. Sehingga dipertahankannya stimulus malah direspon dengan penguatan Dollar Index bersamaan dengan Dow Jones dan S&P 500 yang terpangkas cukup dalam. Tingkat imbal hasil obligasi negara AS 10 thn juga naik 3.44bps dini hari tadi.

Berdasarkan pernyataan the Fed, kata dia ke depan pasar masih akan terus dipengaruhi oleh pengumuman data-data perekonomian AS khususnya penyerapan tenaga kerja dan data sektor perumahan. Malam nanti (19:30 waktu Jakarta) akan diumumkan data Initial Jobless Claims. Angka di bawah harapan akan memicu aksi jual tambahan di pasar saham nanti malam.

Menurut dia, walaupun pasar Asia bergerak positf kemarin mengikuti hasil buruk data perekonomian AS dan harapan penundaan tapering, tidak semua mata uang berhasil menguat terhadap dollar. Rupiah, baik kurs JISDOR maupun kurs NDF 1bln, melanjutkan pelemahannya sampai kemarin sore. Pagi ini kurs spot rupiah dibuka naik ke 11,208. Selain tekanan permintaan dollar yang biasanya tinggi pada akhir bulan, pengumuman data neraca perdagangan besok membawa aroma defisit kembali ke permukaan. Ditambah dengan dollar index yang terus menguat, rupiah berpeluang untuk melanjutkan pelemahannya. Pagi ini optimisme penundaan tapering semakin terkikis; Nikkei 225 dan Kospi melemah pada pembukaan.

Perekonomian Indonesia

Bank Indonesia (BI)  mengumumkan harapannya kemarin bahwa defisit neraca pembayaran akan membaik di kuartal ke tiga ke kisaran 3.3-3.5% terhadap PDB.  Rasio defisit neraca pembayaran terhadap PDB yang membaik bisa dipicu beberapa hal; impor yang melambat walaupun ekspor belum pulih dan PDB yang tumbuh lebih lambat. Selain neraca pembayaran, perlu juga diperhatikan keadaan neraca modal&finansial (termasuk aliran modal ke/dari pasar keuangan) yang diperkirakan memburuk di kuartal ke tiga.

Aksi profit taking terlihat di pasar obligasi IDR. Harga obligasi IDR turun di pagi hari, dimulai dengan dijualnya seri-seri tenor 10 tahun seperti FR70 di 108.25 (7.23%) dan FR68 di 89.00 (7.24%). Di sesi kedua, aksi profit taking kembali mendominasi dan mendorong yield naik 10bps pada seri tenor 10 sampai dengan 20 tahun. Para pemain masih terlihat di kedua sisi perdagangan dan masih cenderung menunggu lebih banyak petunjuk lebih lanjut sebelum mengambil posisi tambahan. Sementara itu dari lelang sukuk, pemerintah akhirnya menyerap dana sebesar IDR 429 milyar dari total IDR1.992tln yang masuk.  (SSI Fixed Income Department)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Joko Tjandra: Saya Tidak Pernah Memberi Uang ke Pinangki

JAKARTA- Terpidana Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra memastikan tidak

Industri Penyiaran Swasta Perlu Diimbangi Lewat RUU RTRI

JAKARTA-DPR mengajukan usul inisiatif  RUU Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI)