Uang Beredar Mei Mencapai Rp Rp4.613,6 Triliun

Friday 1 Jul 2016, 4 : 52 pm
by

JAKARTA-Likuiditas perekonomian uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2016 tumbuh meningkat. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan M2 tercatat sebesar Rp4.613,6 triliun atau tumbuh sebesar 7,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2% (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan berdasarkan komponennya, peningkatan pertumbuhan M2 didorong oleh pertumbuhan M1 dan uang kuasi2 22 2. Posisi M1 tercatat sebesar Rp1.118,8 triliun atau tumbuh sebesar 14,1% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.

Sementara itu, uang kuasi tumbuh meningkat dari 5,4% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Peningkatan uang kuasi tersebut terutama bersumber dari tabungan dan simpanan berjangka berdenominasi rupiah. “Sementara itu, giro dan simpanan berjangka valas masing-masing  turun  lebih  dalam  dari  -7,5%  (yoy) dan -15,7% (yoy) pada April 2016 menjadi 12,8% (yoy) dan -19,9% (yoy) pada Mei 2016,” ujarnya.

Penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kebutuhan valas nasabah untuk pembayaran ULN.  Akselerasi pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh meningkatnya meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan dan ekspansi keuangan Pempus.

Posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Mei 2016 tercatat sebesar Rp4.099,2 triliun, atau tumbuh 8,0% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hal ini sejalan dengan kecenderungan turunnya suku bunga kredit perbankan. Sementara itu, operasi keuangan Pempus mengalami ekspansi dari 22,9% (yoy) di April 2016 menjadi 48,5% (yoy) pada Mei 2016.

Peningkatan kredit perbankan terutama ditopang oleh pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK).Posisi KMK tercatat sebesar Rp1.890,2 triliun pada Mei 2016 atau tumbuh 5,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,8% (yoy).

Secara sektoral jelasnya, peningkatan KMK terutama terjadi pada sektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada industri pengolahan tercatat sebesar Rp506,7 triliun, tumbuh 4,6% (yoy) lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,4% (yoy). “Adapun kredit kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tercatat sebesar Rp707,0 triliun, atau tumbuh 6,8% (yoy), meningkat dibandingkan April 2016 sebesar 6,1% (yoy),” terangnya.

Sementara itu, Kredit Investasi (KI) menunjukkan perlambatan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,1% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan KI tersebut terutama terjadi pada sektor industri pengolahan serta pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang masing–masing tumbuh dari 16,2% (yoy) dan 21,9% (yoy) pada April 2016 menjadi 13,7% (yoy) dan 21,3% (yoy) pada Mei 2016.

Posisi kredit UMKM yang disalurkan bank umum pada Mei 2016 tercatat sebesar Rp756,3 triliun atau tumbuh sebesar 8,9% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,3% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit UMKM tersebut terjadi pada seluruh skala usaha.

Kredit pada skala usaha menengah tercatat sebesar Rp351,9 triliun atau tumbuh sebesar 1,7% (yoy), meningkat dibanding April 2016 yang tumbuh sebesar 1,3% (yoy).

Kredit pada skala usaha kecil dan mikro masing – masing tumbuh meningkat dari 11,9% (yoy) dan 19,6% (yoy) pada April 2016 menjadi 12,7% (yoy) dan 20,2% (yoy) pada Mei 2016.

Pertumbuhan penyaluran kredit juga terjadi pada kredit sektor properti. Pada Mei 2016, posisi kredit sektor properti tercatat sebesar Rp642,0 triliun atau tumbuh sebesar 12,0% (yoy), lebih tinggi dibanding April 2016 yang tumbuh sebesar 11,4% (yoy).
Peningkatan tersebut terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan kredit konstruksi dan real estate yang masing–masing tumbuh dari 14,2% (yoy) dan 18,8% (yoy) pada April 2016 menjadi 15,6% (yoy) dan 20,3% (yoy) pada Mei 2016. “Namun demikian, kredit perbankan kepada masyarakat untuk pembelian rumah tinggal/apartemen tumbuh melambat dari 8,0% (yoy) pada April 2016 menjadi 7,8% (yoy) pada Mei 2016,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pada rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Tahap I-2021 senilai maksimal Rp3 triliun, surat utang ini akan terbagi menjadi tiga seri, yakni Seri A bertenor 370 Hari Kalender, Seri B bertenor tiga tahun dan Seri C bertenor lima tahun.

INKP Berencana Bangun Pabrik Kertas Industri Senilai USD3,63 Miliar

JAKARTA-PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) melaporkan bahwa

Kena Batunya, KPK Periksa Andi Arief Terkait TPPU Ricky HAM Pagwak

Andi Arief dipanggil KPK terkait dugaan TPPU Bupati Nonaktif Memberamo