Wapres Minta Pengusaha Batik Kreatif

Wednesday 24 Jun 2015, 4 : 22 pm
by
Wapres Jusuf Kalla menyaksikan kegiatan perajin batik

JAKARTA-Wakil Presiden (Wapres) meminta pengusaha batik nasional agar kreatif menciptakan kreativitas dalam mempopulerkan serta menjaga kelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia. Inovasi tanpa henti sangat diperlukan agar batik nasional tidak tergilas oleh batik Tiongkok yang kadang-kadang melakukan produksi secara masal.”Batik sudah menjadi pakaian pagi, sore, dan malam. Tidak hanya kemeja, batik kini telah masuk dalam berbagai aksesoris yang digunakan anak muda. Karena itu, pengusaha batik harus bersiap diri menjawab tantangan dalam mengembangkan batik di masa datang,” ujar JK saat memberikan sambutan pada pembukaan Gelar Batik Nasional 2015, di Plenarry Hall, Jakarta Convention Center, Senayan (JCC), Jakarta, Rabu (24/6).

Menurutnya, tantangan pertama yang dihadapi pengusaha adalah meningkatkan produktivitas. “Pada tahun 2010 produksi batik sudah Rp 4 triliun, hari ini mungkin Rp 5 – 6 triliun karena minimal orang punya batik satu kodi dengan harga yang bervariasi dari Rp 25 ribu – Rp 25 juta. Tantangan kita tentu produktivitas harus besar,” kata Wapres.

Di sisi lain,seiring dengan perkembangan zaman, batik yang dulu hanya dikenal sebagai kain kini telah digunakan sebagai aksesoris di kalangan anak muda. Karena itu, pengusaha batik harus kreatif mengembangkan setiap motif, karena anak-anak muda cenderung tidak mau menggunakan motif klasik. “Jadi harus kreatif, kalau kita tidak kreatif nanti bisa kalah dari Tiongkok lagi, karena Tiongkok kadang-kadang bisa produksi massal kan,” jelasnya.

Lebih lanjut, JK mengingatkan bahwa batik sudah bukan lagi sekadar pakaian tradisional, tetapi telah berinovasi ke tingkat internasional karena telah dikenal di mancanegara. Contohnya,  mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela yang kerap mengenakan batik saat menghadiri acara-acara internasional. “Nelson Mandela adalah orang pertama yang berpakaian batik pada ajang internasional PBB. Mulai dari situ batik dikenal secara internasional,” imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan  batik merupakan wujud dari hasil cipta dan karya seni anak bangsa yang diekspresikan pada disain motif kain, pakaian, sarung, dan kain dekoratif lainnya. Dari tahun ke tahun, batik Indonesia semakin berkembang dan menjelma menjadi kekayaan nasional bernilai tinggi.

Industri batik nasional dan daerah, diakui sudah memberikan kontribusi positif dalam ekspor nonmigas. “Dalam jangka panjang tantangan yang dihadapi adalah perlunya melestarikan dan meningkatkan nilai tambah batik Indonesia yang merupakan potensi kekayaan nasional,” ujar Saleh.

Dari data Kemenperin, usaha batik skala Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia sampai saat ini berjumlah 39.641 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 916.783 orang. Nilai produksi batik nasional mencapai USD 39,4 Juta dengan nilai ekspor USD 4,1 Juta.

Ekspor batik juga selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010 nilai ekspor batik hanya USD 22 juta. Empat tahun kemudian melonjak menjadi USD 340 juta. Batik nasional laris manis di Amerika, Korea Selatan, Jepang, Belanda, Jerman, hingga Inggris.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Gowes Dorong Produktifitas Karyawan BTN

JAKARTA-Direktur Utama Bank BTN Pahala N Mansury melepas bendera flag

Menkeu: Pembiayaan Bencana Hanya Mengandalkan APBN

BALI-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan rencana strategi pembiayaan