Aliran Dana Kumulatif SMF ke Penyalur KPR Meningkat 41%

Thursday 27 Mar 2014, 6 : 24 pm
by

JAKARTA-PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) / „SMF” kembali berhasil mencatatkan peningkatan kinerja selama tahun 2013, terutama peningkatan aliran dana dari pasar modal ke penyalur KPR di sektor pembiayaan perumahan melalui sekuritisasi dan penyaluran pinjaman yang mencapai Rp3,507 triliun selama tahun 2013, sehingga secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan sampai dengan 31 Desember 2013 mencapai sebesar Rp12,017 triliun untuk 309.872 debitur KPR meningkat 41% dari tahun sebelumnya sebesar Rp.8,51 triliun.

Keberhasilan SMF dalam kinerja menyebabkan peningkatan rating SMF dari AA menjadi AA+ pada bulan Maret 2014 dari lembaga pemeringkat PEFINDO.

Dengan rating AA+ berarti SMF memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang realtif dibandingkan terhadap obligor lainnya. SMF sebagai lembaga keuangan khusus di bidang pembiayaan sekunder perumahan, mengemban misi membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan. Misi SMF dapat terwujud dengan cara mengalirkan dana jangka menengah panjang dari pasar modal ke sektor perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan penyaluran pinjaman. “Indikator kinerja utama (IKU) SMF diukur dengan jumlah dana yang telah tersalurkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan, sehingga tujuan pendirian SMF dapat tercapai”, tegas Raharjo Adisusanto Direktur Utama SMF, disela-sela laporan kinerja 2013 & target 2014.

Lebih lanjut Raharjo menambahkan, peningkatan kinerja SMF tahun 2013 dicapai melalui kegiatan sekuritisasi sebesar Rp1,000 triliun dan penyaluran pinjaman dari sebesar Rp2,507 triliun, sehingga aset SMF tahun 2013 adalah sebesar Rp7,478 triliun naik 21% dari tahun sebelumnya sebesar Rp6,179 triliun.

Kenaikan Aset Perseroan terutama karena kenaikan penyaluran pinjaman. Posisi penyaluran pinjaman menjadi Rp.6,23 triliun naik 30,38% dari tahun sebelumnya sebesar Rp.4,778 triliun. Total liabilitas sebesar Rp4,687 triliun naik 33% dari tahun sebelumnya sebesar Rp3,531 triliun. Sedangkan Total ekuitas sebesar Rp2,791 triliun naik 5% dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,648 triliun.

SMF mencatatkan laba bersih tahun 2013 sebesar Rp144,7 miliar naik 3% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp140,4 miliar. Pencapaian ini terhitung cukup baik, mengingat kondisi pasar di tahun 2013 yang volatile, terutama terkait peningkatan tingkat suku bunga yang cukup signifikan. “Meskipun bukan merupakan Indikator Kinerja Utama SMF, pendapatan laba yang diperoleh SMF di tahun 2013 sangatlah signifikan,” jelasnya.

Menurut Raharjo, selama tahun 2013, minat Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk memperoleh pendanaan dari SMF sudah meningkat. Hal ini terbukti di tahun 2013, SMF telah menyalurkan pembiayaan kepada BPD Nagari, BPD NTB dan BPD BJB Syariah. Dalam penyaluran pinjamannya, SMF menerapkan asas kehati-hatian sehingga diperoleh tingkat resiko kredit yang rendah, yaitu hingga saat ini tidak ada NPL, demikian tegas Raharjo kembali. Pertumbuhan penyaluran pinjaman juga diiringi dengan penerbitan surat utang korporasi sebagai sumber pendanaan. Selama tahun 2013, SMF telah menerbitkan surat utang sebesar Rp2,139 triliun melalui penerbitan obligasi PUB II Tahap II sebesar Rp1,119 triliiun, dan 2 (dua) kali penerbitan MTN total sebesar Rp1,020 triliun. Sampai dengan akhir tahun 2013, posisi (outstanding) surat utang SMF mencapai Rp4,644 triliun, sedangkan posisi (outstanding) penyaluran pinjaman mencapai Rp6,230 triliun. Pendanaan dari SMF sebagian masih menggunakan ekuitas, dalam hal ini fungsi ekuitas disini adalah sebagai bridging penyaluran pinjaman, sambil menunggu waktunya yang tepat untuk menerbitkan surat utang.

Untuk tahun 2014, SMF berupaya meningkatkan penyaluran pinjaman pada perbankan syariah dan bank daerah selain perbankan konvensional melalui pendanaan dari pasar modal. Selain itu, SMF juga berupaya meningkatkan edukasi kepada perbankan untuk melakukan sekuritisasi agar perbankan dapat mengurangi risiko kredit atas KPR akibat adanya PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero)  risiko mismatch.

Melalui sekuritisasi, perbankan memperoleh sumber pendanaan jangka panjang dari pasar modal sehingga risiko mismatch tersebut dapat diminimalisir. Kegiatan yang dilakukan SMF tersebut diharapkan secara bertahap mampu menciptakan mekanisme pasar yang dapat menurunkan tingkat suku bunga KPR sehingga memungkinkan kepemilikan rumah menjadi terjangkau bagi setiap keluarga Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Meningkat, Utang Triwulan II 2020 Sebesar USD408,6 Miliar

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat.

Stand Indonesia di Sidang Tahunan IMF/WB 2016

WASHINGTON-Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pelaksanaan Sidang Tahunan Dana Moneter