Ade ‘Koboy’ Komarudin: Golkar Harus Kembali ke Khittah

Thursday 12 May 2016, 3 : 04 am
by

Sosok Drs. Ade Komarudin, MH merupakan salah seorang politisi senior di jagat perpolitikan nasional. Karir politiknya melesat bak meteor  hingga berhasil duduk di kursi DPR  selama lima periode berturut-turut. Sebuah pretasi  politik yang jarang digapai oleh politisi lain. Berbekal jam terbang serta pengalaman yang sudah  kenyang makan asam garam dunia politik, kini, Ade ‘Koboy” Komarudin maju memperebutkan posisi puncak partai beringin. Tekadnya, membawa Partai Golkar kepada fitrah dan khitahnya yakni mitra aktif pemerintah di pembangunan.

Nama ‘Akom’, demikian panggilan akrab Ade Komarudin sudah tidak asing lagi dikancah perpolitikan nasional. Karier politiknya berjalan sangat mulus. Saat ini, dia menjabat sebagai Ketua DPR periode 2016-2019 setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar kurang lebih satu setengah tahun.  Namun semua pencapaian politiknya bukan dengan cara karbitan. Sebab, dia memulai proses dari tangga paling bawah. Di sejumlah organisasi kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan, Akom berhasil menoreh sejumlah kisah sukses.

Akom lahir di Purwakarta 20 Mei 1965 lalu. Akom menghabiskan masa kecil hingga remaja di kota kelahirannya. Memulai pendidikan di SD Campaka I Purwakarta sejak tahun 1977, kemudian melanjutkan ke SMPN Campaka Purwakarta tahun 1981 dan SMAN II Purwakarta pada tahun 1984.

Selepas menyelesaikan pendidikan SMA-nya, Akom hijrah ke Jakarta dengan melanjutkan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Pada tahun 1990, Akom menyelesaikan masa pendidikannya di IAIN Jakarta.

Selama menjalani masa pendidikan di IAIN Jakarta, Akom sudah aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan. Karirnya di organisasi mahasiswa terbilang cukup baik. Pada tahun 1988, Akom berhasil memimpin salah satu organisasi mahasiswa terbesar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat. Bahkan karirnya di HMI terus menanjak sampai ditingkat nasional, dimana Akom menjadi salah satu ketua di PB HMI periode 1989-1990.

Karir organisasi Akom terus menanjak setelah menyelesaikan tugasnya di PB HMI. Pada tahun 1993, Akom terpilih sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dua organisasi yang berbeda yaitu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Angkatan Muda pembaharuan Indonesia (AMPI). Kedua amanah tersebut diselesaikan di waktu yang hampir sama pada tahun 1998.

Akom memulai karir politiknya dengan bergabung ke Partai Golkar. Pada pemilu tahun 1997, Akom terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Golkar untuk pertama kalinya. Karir politik Akom terus menanjak setelah menjadi anggota DPR. Akom sempat ditunjuk sebagai Wakil Fraksi Partai Golkar DPR RI tahun 2003. Begitu juga di DPP Partai Golkar, beberapa jabatan penting pernah diembannya, seperti menjadi Ketua Pojka Politik dan Otda di DPP Partai Golkar.

Pada tahun 2005, Akom bergabung ke Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI). Hanya berselang lima tahun, pada tahun 2010, Akom terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Nasional SOKSI. Keberhasilan Akom menjadi Ketua Depinas SOKSI cukup mengejutkan banyak kalangan karena dalam pemilihan Akom tidak memiliki tim sukses, melainkan hanya mengandalkan dukungan kuat dari sejumlah pengurus SOKSI di daerah serta dukungan dari sejumlah tokoh Partai Golkar seperti Akbar Tandjung.

Akom merupakan salah satu politisi yang peduli dengan pendidikan. Hal itu dibuktikannya dengan mengambil program Master Hukum di Universitas Padjajaran (Unpad) dan menyelesaikannya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, Akom melanjutkan ke jenjang Doktoral di universitas yang sama dan berhasil meraih gelar doktor dengan predikat Cumlaude pada tahun 2012 dengan Disertasi berjudul: Politik Hukum Integratif Pengembangan Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Era Liberalisasi Ekonomi serta Impelentasinya di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Teori Negara Kesejahteraan Berdasarkan Pancasila.

Pada pemilu legislatif 2014, Akom kembali terpilih sebagai anggota DPR untuk yang kelima kalinya. Oleh DPP Partai Golkar, Akom kemudian ditunjuk sebagai Ketua Fraksi Golkar DPR. Sementara itu, pada tahun 2015, Akom kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Depinas SOKSI periode 2015-2020.

Selama berkarir di DPR, Akom mendapat julukan “The Koboy Senayan”. Julukan tersebut didapat Akom karena sepak terjangnya yang berani dan tak pandang bulu dalam membela keadilan dan hak rakyat. Akom misalnya sangat konsen pada isu-isu Koperasi dan UMKM. Bagi Akom, UMKM harus mendapatkan perlakuan yang sama dengan perusahaan besar terutama dalam hal pembiayaan dan permodalan.

Caketum Golkar

Sukses dengan karier politiknya tidak membuat ayah tiga anak ini berpuas diri. Pada 2016 ini, Akom mencoba peruntungan politik dengan maju memperebutkan top level di partai Golkar.

Bahkan suami dari Netty Marliza, SH telah mendeklarasikan diri untuk maju dalam Munas Partai Golkar Mei ini.  Akom akan “berperang” dengan 7 kandidat ketua umum lainnya. Mereka adalah Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Syahrul Yasin Limpo, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, Priyo Budi Santoso.

Bagi Ade, Munas partai Golkar bukan sekedar ajang memilih struktur kepengurusan Partai Golkar yang baru, tetapi haruslah menjadi momentum untuk membawa kembali partai ini kepada fitrah dan kitahnya. Sejarah membuktikan, partai Golkar sebagai partai yang selalu bermitra dengan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Karena itu,  Munas inilah momentumnya. “Tidak boleh momentum ini kita sia-siakan, kita harus pergunakan sebaik-baiknya.  Saya selalu katakan, sikap dan sifat kita ahistoris mana kala bersikap oposisi dengan pemerintah. Partai ini terlalu lama menjadi mitra pemerintah,” terangnya.

Menurutnya, Golkar lahir dalam tradisi kekaryaan yang fungsi utamanya menjadi lokomotif pembangunan dengan mempersatukan banyak pelaku pembangunan dalam idelogi Pancasila dan UUD 1954.

Untuk itu,  Munas ini harus menjadi tonggak sejarah menyatukan partai Golkar. Ini artinya, tidak boleh ada agenda diam-diam (hidden agenda) yang mencoba membelokan arah perjuangan Partai Golkar. “Jadi, tidak boleh ada agenda belok kiri atau belok kanan oleh siapa pun. Kita orang Golkar sudah sangat tahu ada pemain malam, pemain pagi dan pemain siang.  Ada yang sudah mengatakan mendukung pemerintah, tapi sebenarnya mau belok dari pemerintah. Kalau ada yang mau belok, kita harus luruskan,” tuturnya.

Partai Golkar kata Akom, sudah mempunyai pengalaman di luar pemerintahan. Meski sebagai oposisi, sikap politik partai Golkar tetap mendukung pemerintah. Hal inilah yang menjadi factor pembeda partai Golkar dengan partai lain. “Mereka punya kesempatan menjadi bagian pemerintah, tetapi karena terlalu lama beroposisi, kelakuannya opisisi terus. Berbeda dengan Golkar, kita bantu pemerintah padahal statusnya oposisi. Ini karena partai Golkar sudah terlalu lama bahkan sudah mendarah daging sebagai mitra pemerintah. Jadi susah dibelok-belokan,” imbuhnya.

Bagi Akom, Munas ini harus menjadi momentum ‘political window’ semua kader Golkar yang memposisikan Golkar sebagai parpol yang ikut aktif dalam pembangunan nasional.  Untuk itu, Golkar harus kembali ke ideologinya sebagai partai kekaryaan. Karena itu, kader Golkar tidak perlu banyak melakukan manuver dan intrik.  “Golkar cukup menyampaikan ide dan gagasan yang bisa mensejahterakan masyarakat. Kemudian mengimplementasikannya kepada masyarakat dengan berbagai cara sesuai kemampuan,” tegasnya.

Sebagai contoh soal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan bebasnya arus modal dan tenaga trampil di antara negara ASEAN maka partai politik menjadi penjaga agar kepentingan nasional diuntungkan oleh pasar bebas ini.

Masuknya investasi asing dibasis perekonomian nasinal harus diimbangi dengan kemudahan akses modal dan pendampingan  pelaku UMKM.  Sehingga daya saing pelaku ekonomi dalam negeri setara dengan ASEAN yang sudah duluan maju daripada Indonesia. Artinya, partai politik yang tidak pro globalisasi akan sulit bertahan secara realistis di masa mendatang. Sebaliknya, partai politik yang terlalu pro pasar juga akan menjadi lumbung kapitalisme liberal yang merugikan lebih dari separuh orang Indonesia yang masih berjuang keluar dari kemiskinan. “Ini MEA seperti hantu saja, banyak yang takut. Sebenarnya MEA ini sekaligus tantangan dan peluang. Kita posisikan sebagai partai yang  berideologikan Pancasila. Kita punya konsep welfare state. Konsep ini sebenarnya kita analogikan sebagai kapitalisme yang baik hati. Dia suka pertumbuhan, tapi juga suka akan pemerataan. Tidak pernah menafikan pemerataan. Ini sebenarnya blue print Golkar sampai Tahun 2045,” jelasnya.

Agar tidak tergilas globalisasi,  Partai Golkar harus memperkuat diri. Caranya, menciptakan daya saing yang tinggi, termasuk memperkuat sector UMKM domestic.

Langkah awal agar Golkar berperan di pembangunan jangka panjang dan momentum Pemilu 2019 nanti adalah mensolidkan Golkar berdasarkan kesamaan ide yang dibawa oleh tokoh-tokoh pendahulunya. Artinya, calon Ketua Umum yang diusung harus benar-benar kader murni Golkar yang sudah teruji dari dua periode pembangunan Indonesia (orde baru dan reformasi). Karena hanya kader yang demikian yang mampu membawa semangat kekaryaan yang diusung oleh pendiri partai seperti Suhardiman, Soeharto, Akbar Tandjung, Jusuf Kalla dan juga visi Indonesia Sejahtera versi Aburizal Bakrie.  “Para pemimpin Golkar mempunya legasinya. Legasinya itu yang harus kita perjuangkan,” tuturnya.

Lalu apa yang dilakukan guna mengimplementasikan visi Indonesia sejahtera Tahun 2045?  Akom akan mempertahakan 70% anak muda dalam kepengurusan partai. “Saya akan mempersatukan semua faksi yang ada dan menghidupkan organisasai sayap partai di tingkat desa, karang taruna, pengajian, perempuan Golkar, asosiasi tani. Saya yakin bisa, asal partai ini tidak ribut-ribut lagi. Sekarang yang harus dilakukan adalah mempersolek diri  dengan kaderisasi, penggalangan masa, serta menjaga integritas. Ini sudah zaman Medsos, tidak perlu kampanye-kampanye, teriak-teriak, orang akan melirik kita dan mencoblos kita pada saatnya untuk legislative maupun Pilkada,” pungkasnya. (ecyhntia)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jasmerah merupakan pesan yang masih sangat relevan sampai saat ini. Karena para elit bangsa Indonesia cenderung meninggalkan sejarah. Melupakan sejarah.

Revisi UU BI, Jalan Menuju Kehancuran Ekonomi

Oleh: Anthony Budiawan Pandemi corona membuat mata masyarakat terbuka betapa

BAHU Nasdem Minta Hary Tanoe Jangan Kaitkan Dengan Partai Nasdem

JAKARTA-Penetapan Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) sebagai