Aktivis HMI Jijik Dengan ISIS

Friday 1 Aug 2014, 3 : 09 pm
by

JAKARTA-Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merasa jijik dengan warga negara Indonesia yang mendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) baik yang berada di luar negeri ataupun di dalam negeri. Warga negara Indonesia pendukung ISIS tanpa sadar mengkhianati negaranya sendiri yang sudah dididirikan dengan darah para pahlawan bangsa yang sebelumnya diikat dengan Sumpah Pemuda. Demikian diungkapkan Sekjen PB HMI, Muhammad Chairul Basyar, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/8).

Para tokoh nasional mulai menyatakan kekhawatirannya atas masuknya pendukung ISIS ke Indonesia. Bahkan mereka menyebarkan video tentang dukungannya atas ISIS dalam pekan ini. Satu hal yang menonjol dari para pendukung ISIS dari Indonesia adalah mereka menolak keberagaman dan pluralisme yang menjadi akar budaya kebhinnekaan Indonesia. “Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi keberagaman, yang mengakui keberadaan kelompok yang satu dan yang lainnya. Di Indonesia keberagaman diikat dengan Sumpah Pemuda yakni bertanah-air, berbangsa dan berbahasa satu. Namun tidak ada ada yang mengikat Indonesia dalam satu agama,” ujarnya.

Ilung, panggilan akrab Chairul Basyar, menandaskan bahwa Indonesia adalah satu bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah. Oleh karena itu selain berbangsa, bahasa Indonesia adalah pengikat berbagai suku dengan berbagai keragaman bahasanya masing-masing. Berbagai suku itulah yang kemudian secara bersama-sama dan menyadari keberadaan masing-masing mengakui Indonesia sebagai tanah airnya. “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menempati pulau dan laut dari Sabang sampai Merauke. Kami tidak lahir dan tinggal di Irak ataupun Suriah, yang sangat jauh dari Indonesia. Dan, di tanah air Indonesia inilah, semua agama hidup dalam kebebasannya. Sehingga kami merasa jijik jika ada orang Indonesia yang seakan-akan hidup tidak di Indonesia bahkan layaknya mereka adalah warga asing bagi negaranya sendiri,” tegas Ilung.

Oleh karena itu, Ilung yang bersama pengurus PBHMI lainnya ke Vatikan pada 2011 dan Russia pada 2012 dalam kunjungan pluralisme dan nasionalisme, menandaskan pemuda Indonesia tidak perlu membesar-besarkan ISIS. Membesar-besarkan ISIS sama saja memberi ruang promosi bagi dikenalnya organisasi itu lebih luas dan menimbulkan kekhawatiran bagi bangsa Indonesia. “Mengembangkan budaya nasional serta daerah adalah penting untuk melawan gerakan pengaruh asing. Adalah penting bagi bangsa Indonesia untuk memelihara warisan budaya nenek moyang yang ada di negeri sendiri.  Indonesia harus melawan rasa takut terhadap segelintir orang yang menyebarkan virus permusuhan, ketakutan dan kedengkian bagi bangsanya sendiri,” jelasnya.

Selain itu, Sekjen PBHMI itu mengurai lebih lanjut, bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan Islam berperang dengan membabi buta, melainkan mengakarkan persatuan ummat, perdamaian dengan penganut keyakinan lain, dan bersikap damai seperti Islam itu sendiri. Hal itu, menurut Ilung, tercermin dan diajarkan dalam Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Waspadai Investasi Ilegal Dengan Modus Kampung Kurma

JAKARTA-Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan

86 Desa di Kabupaten Puncak Terang Berkat Hadirnya LTSHE

PAPUA-Membangun infrastruktur di timur Indonesia memang tak semudah di kawasan